Virus Corona

Soal Larangan Mudik, Mahfud MD Akui Masih Banyak Warga yang Nekat Keluar DKI: Dikira Ini Main-main

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD dalam tayangan YouTube metrotvnews, Senin (27/4/2020).

TRIBUNWOW.COM - Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD angkat bicara soal jalannya larangan mudik untuk mencegah penularan Virus Corona.

Dilansir TribunWow.com, Mahfud MD menilai sejauh ini larangan mudik sudah berjalan lancar dan ditaati oleh banyak masyarakat.

Meskipun begitu, ia tak memungkiri jika masih ada warga yang nekat berusaha pulang ke kampung halaman.

Hal itu disampaikan Mahfud MD melalui tayangan YouTube metrotvnews, Senin (27/4/2020).

Beberkan Risiko Penularan Corona saat Mudik, dr Erlina Burhan: Jika Sayang Keluarga, Jangan Pulang

Pada kesempatan itu, Mahfud MD mengklaim semua petugas sudah bekerja dengan baik dalam mencegah warga mudik ke kampung halaman.

"Ada beberapa larangan mudik, pertama aparat kita sudah terlihat kerja, mulai tegas," jelas Mahfud MD.

Namun, hingga kini menurut Mahfud MD masih banyak warga yang nekat mudik meskipun dilarang.

Bahkan, menurut dia banyak warga yang terpaksa puta balik saat ketahuan akan mudik ke kampung halaman.

"Tapi memang rakyat kita banyak yang masih (mengira) seakan-akan ini main-main, sehingga banyak yang terpaksa tidak boleh keluar Jakarta harus balik dan yang mau masuk juga dicegah," terang Mahfud MD.

"Itu bagus."

Viral Foto Bus AKAP Sembunyikan Penumpang Dalam Bagasi di Tengah Larangan Mudik karena Virus Corona

Refly Harun Bela Jokowi soal Mudik dan Pulang Kampung: Karena Kita Tahu Netizen Sangat Berkuasa

Lebih lanjut, Mahfud MD menyinggung soal bantuan sosial yang diberikan pada warga terdampak Virus Corona.

Ia menjelaskan, hingga kini pemerintah masih mengalami sejumlah kendala untuk menyalurkan bantuan.

Satu di antaranya yakni banyaknya penduduk DKI Jakarta yang tak memiliki KTP Ibu Kota.

"Kemudian masalah pemberian bantuan sosial masih menghadapi beberapa kendala," ujar Mahfud MD.

"Kita sudah siap dengan materi bantuan tapi banyak sekali penduduk di Jakarta, banyak kaum miskin kota yang tidak terdaftar karena tidak pynya KTP, tidak punya rumah."

Tak hanya itu, Mahfud MD juga menyebut anjuran beribadah di rumah saat Ramadan juga dilaksanakan dengan baik.

Meskipun dia juga tak memungkiri ada segelintir warga yang masih nekat beribadah di masjid saat Ramadan.

"Sehingga kalau mau dicari, mau dikasih itu gimana? Ternyata itu banyak sekali," jelas Mahfud MD.

"Dan yang lain-lain tentu pelarangan mudik jalan, kemudian tarawih di rumah, tidak ada lagi buka bersama itu nampaknya berjalan cukup baik."

"Meskipun di sana-sini masih banyak orang yang masih mau melakukan," tukasnya.

Simak video berikut ini dari menit awal:

Nekat Cari Jalan Tikus

Di sisi lain, sebelumnya Sosiolog Bayu A Yulianto menanggapi soal banyaknya masyarakat yang masih nekat mudik meski sudah dilarang akibat penyebaran Virus Corona.

Hal itu diungkapkan Bayu A Yulianto saat menjadi narasumber dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam tv One pada Minggu (26/4/2020).

Pada kesempatan tersebut, presenter bertanya mengapa masyarakat masih nekat bahkan rela mudik dengan cara sembunyi-sembunyi.

• Kabar Baik, Penambahan Kasus Virus Corona di Jakarta Terus Menurun sejak 6 Hari Terakhir

"Mas Bayu ini kita lihat tadi, kita lihat dalam tayangan msih juga banyak masyarakat walaupun sudah diimbau, sudah dilarang untuk tidak mudik, masih nekat mudik, masih cari jalan tikus untuk pulang."

"Nah kalau dari segi sosiologis, pertimbangan apa yang mendasari masyarakat ini cenderung enggak nurut sama aturan pemerintah?" tanya presenter.

Menurut Bayu, masyarakat yang nekat mudik di tengah wabah Virus Corona ini bukan semata-mata karena mereka ingin mudik.

"Jadi saya kira begini ya kita bicara mudik kan apalagi dalam situasi-situasi sekarang saya kira memang ini bukan persoalan semata-semata silaturahmi dengan keluarga mereka di kampung halaman," kata Bayu.

Menurutnya, hal ini ada kaitannya dengan masalah ekonomi yang dihadapi kalangan menengah ke bawah.

"Saya kira ada persoalan yang lebih mendasar dari persoalan itu yakni saya mencurigai bahwa pada hari-hari ini atau sebelum-sebelumnya."

"Ini ada persoalan yang sudah sangat dirasakan mereka terutama kelas menengah bawah di Jakarta, Jabodetabek atau kota-kota besar yang memang sudah kehilangan mata pencaharian," jelas Bayu.

• Viral Video Ibu dan 2 Anak Positif Corona Berpelukan di Ambulans, Perekam Bergetar Menahan Tangis

Lalu, Bayu menyinggung soal krisis ekonomi pada 1998 di mana kalangan menengah ke bawah membutuhkan bantuan sosial.

"Kalau kita teliti di masa-masa lalu terutama di era kritis pada sebelumnya misalnya 98 itu ketika menengah ke bawah di Jakarta atau Jabodetabek, atau kota-kota besar kehilangan mata pencaharian mereka membutuhkan jaring sosial mbak," ujar dia.

Bantuan sosial itu sangat berguna agar masyarakat itu bisa bertahan dan tidak mudik.

"Jaring sosial yang bisa menjadi tumpuan, menjadi bantalan agar mereka bisa tetap kecukupan untuk bertahan," katanya.

Sedangkan menurut Bayu, di tengah krisis ekonomi saat ini, bantuan untuk bertahan hidup lebih terjamin di wilayah asal.

"Nah ketika mereka itu tidak temukan di kota domisili di kota-kota, mereka kembali jaring sosial yang memang teruji buat mereka dan ada terus, setia terus buat mereka, di mana itu? Itu ada di keluarga-keluarga besar mereka yang ada di kampung, atau di wilayah-wilayah pedesaan seperti itu," kata dia. (TribunWow.com)