Virus Corona

Blak-blakan Tagih Janji Pemerintah di Depan Mensos, Ibu Rumah Tangga: Lama-lama Kita Mati Kelaparan

Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Najwa Shihab (kiri), Juliari Batubara (tengah), dan Neneng (kanan), dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (22/4/2020).

TRIBUNWOW.COM - Neneng Nurhayati, ibu rumah tangga asal Bandung, Jawa Barat, mengungkapkan keluh kesahnya setelah penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Dilansir TribunWow.com, Neneng menagih janji-janji pemerintah yang akan memberikan uang tunai hingga kebutuhan pokok bagi warga miskin terdampak Virus Corona.

Neneng bahkan mengaku khawatir ia dan keluarga akan mati kelaparan karena sang suami tak bisa bekerja.

Hal itu disampaikan Neneng di hadapan Menteri Sosial, Juliari Batubara, dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (22/4/2020).

Imbauan Kemenag Solo bagi Pihak yang Tak Patuh Aturan Pemerintah di Tengah Wabah Corona

Pada kesempatan itu, mulanya Juliari Batubara angkat bicara soal pemerataan bantuan sosial bagi warga terdampak Virus Corona.

Menurut Juliari Batubara, warga kini sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah.

"Ekspektasi rakyat kan tinggi sekali, kami sadar itu," jelas Juliari Batubara.

"Oleh karena itu kami tidak ingin membuat satu mekanisme yang kacau, khsususnya mengenai pendataan."

Juliari Batubara menambahkan, pihaknya kini tengah berusaha mendata warga yang benar-benar berhak mendapatkan bantuan sosial tersebut.

Karena itu, ia menyebut melakukan pendataan secara cepat dan tepat bukanlah hal yang mudah dilakukan dengan jumlah penduduk yang begitu banyak.

"Semua orang bicara agar tepat sasaran, jadi ini kan juga tidak mudah," kata Juliari Batubara.

"Cepat dan tepat itu kan kita sadar jumlah penduduk kita banyak, apalagi istilah yang menjadi miskin baru tambah banyak."

Keberadaan Terawan di Tengah Wabah Corona Jadi Pertanyaan Publik, Jokowi Ungkap Kesibukan Menkes

Prediksikan Wabah Corona bakal Berakhir pada Juli 2020, Jokowi di Mata Najwa: Saya Ingin Optimis

Lebih lanjut, Juliari Batubara berusaha akan memastikan pihaknya benar-benar bisa tepat sasaran dalam memberikan bantuan pada warga terdampak Virus Corona.

"Jadi tentunya mekanisme pendataan ini dari bawah ke atas kita memastikan di daerah pendataannya lebih akurat," imbunnya.

Menanggapi ucapan Juliari, Presenter Najwa Shihab lantas mempersilakan Neneng Nurhayati mengungkapkan harapannya melalui sambungan telepon.

Di depan Mensos, Neneng mengaku berharap wabah Virus Corona bisa segera berakhir dan keadaan cepat kembali seperti semula.

"Harapan saya yang pertama mudah-mudahan semua wabah Corona ini cepat berlalu supaya keadaannya seperti biasa lagi, suami saya juga kerja lagi," tutur Neneng.

"Dan untuk pemerintah saya mohon tolong mana bantuannya."

Menagih janji dari pemerintah, Neneng berharap bantuan sosial dapat segera dicairkan.

Menurut Neneng, warga miskin seperti dirinya sangat membutuhkan bantuan tersebut.

"Katanya di tv mau ngasih 500 ribu, ingin ngasih sebungkus nasi, ya pokoknya kebutuhan kita," kata Neneng.

"Ya saya mohon untuk semuanya harus dilaksanakan karena kami butuh, benar-benar butuh. Sampai semua itu telat nanti lama-lama kita bisa mati kelaparan," pungkasnya.

Tolak Penghentian KRL akibat Corona, Jokowi Blak-blakan Ungkap Alasannya: Itu yang Saya Enggak Bisa

Simak video berikut ini menit ke-3.00:

Alasan Jokowi Tak Terapkan Lockdown

Pada kesempatan itu, sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan mengapa pemerintah tidak menerapkan lockdown di Indonesia untuk mengatasi pandemi Virus Corona (Covid-19).

Jokowi pertama memaparkan bahwa Jakarta membutuhkan dana sebesar Rp 550 miliar per hari untuk menghidupi masyarakat apabila diberlakukan lockdown.

Ia juga mengatakan sampai saat ini belum ada negara yang berhasil mengatasi Covid-19 lewat solusi lockdown.

• Najwa Shihab Singgung Jalan Masih Ramai meski PSBB, Jokowi: Aktivitas Bisa Dilakukan tapi Jaga Jarak

Dikutip dari wawancara eksklusif Jokowi dengan presenter kondang Najwa Shihab, Senin (21/4/2020), awalnya Najwa menanyakan bagaimana tanggapan Jokowi terhadap orang-orang yang mau tidak mau harus keluar untuk bekerja.

RI 1 menjawab memang pilihan yang sulit bagi masyarakat untuk berdiam diri di rumah menghindari Covid-19, atau tetap pergi keluar untuk bekerja.

"Itu memang pilihan-pilihan yang semuanya tidak enak," kata Jokowi.

"Dan kita semuanya harus menyadari bahwa di luar itu masih banyak."

Ia kemudian memaparkan sejumlah pekerjaan yang mau tidak mau harus keluar bekerja di tengah pandemi Covid-19.

"Buruh harian, pekerja harian, pedagang-pedagang asongan, ini hidupnya harian," kata dia.

Jokowi mengatakan keputusan mengenai para pekerja tersebut harus diambil secara hati-hati, supaya tidak menimbulkan masalah baru.

"Ini juga yang harus menjadi hitungan, kalkulasi kita, jangan sampai kita ingin menyelesaikan sebuah masalah, tapi muncul masalah baru yang lain, yang lebih besar, kalau kita tidak hitung, dan kalkulasi," jelasnya.

• Evaluasi 13 Hari PSBB DKI Jakarta, Pengamat Kebijakan Publik Soroti Aturan dan Ketegasan Aparat

Tak Ada Lockdown yang Sukses

Kemudian Najwa menanyakan kepada Jokowi, apakah anggaran pemerintah cukup untuk mengayomi masyarakat selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan.

Najwa menyinggung PSBB tidak mengharuskan pemerintah menjamin kehidupan rakyat.

Ia bahkan mengibaratkan PSBB layaknya karantina wilayah gratisan, dimana pemerintah tidak memilki tanggung jawab untuk menyuplai bantuan kepada masyarakat.

Jokowi menjawab bahwa karantina wilayah adalah hal yang sama dengan lockdown, dimana transportasi dimatikan total, dan masyarakat harus di rumah.

"Kalau yang namanya karantina wilayah itu kan sama dengan lockdown," kata dia.

"Artinya apa? Masyarakat harus hanya di rumah, bus berhenti enggak boleh keluar, taksi berhenti, ojek berhenti, pesawat berhenti, kereta api berhenti, MRT berhenti, KRL, semuanya berhenti, hanya di rumah," lanjutnya.

Jokowi mengaku, dirinya pernah memperhitungkan apabila Jakarta diberlakukan lockdown, pemerintah membutuhkan Rp 550 miliar untuk memastikan semua kebutuhan masyarakat tercukupi.

"Untuk Jakarta saja pernah kami hitung-hitungan per hari membutuhkan Rp 550 miliar, hanya Jakarta saja," terangnya.

"Kalau Jabodetabek tiga kali lipat, itu per hari." (TribunWow.com)