Virus Corona

Curhat Perawat Pasien Positif Corona: Terkadang Saya Merasa Bertanggungjawab atas Kematian Seseorang

Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Juanita Nittla

Pasien Nittla itu ditempatkan di ruangan yang terdiri dari delapan tempat tidur, dikelilingi oleh pasien-pasien yang juga tidak sadarkan diri.

"Saya tutup tirai dan matikan semua alarm."

Tim medis berhenti sejenak dan berhenti berbicara, Nittla lalu menempelkan telepon di samping telinga pasien, dan memberi aba-aba kepada putri pasien untuk berbicara.

Nittla memainkan musik sesuai yang diminta keluarga. Kemudian ia mematikan ventilator.

"Saya duduk di sampingnya, memegang tangannya sampai ia meningggal dunia," ungkapnya.

Pasien menghembuskan napas terakhir lima menit setelah Nittla mematikan ventilator.

"Saya melihat cahaya berkedip-kedip di layar dan detak jantung menunjukkan angka nol - garis datar - di layar," jelasnya.

Langkah selanjutnya, Nittla mencabut selang obat bius.

Putri dari pasien masih berbicara kepada ibunya dan mendoakannya melalui sambungan telepon. Nittla mengambil telepon dan mengabarkan kepadanya bahwa ibunya telah tiada.

"Dengan bantuan seorang kolega, saya memandikan jenazah di tempat tidur dan membungkusnya dengan kain putih dan memasukkan jenazah itu ke dalam kantong mayat. Saya membuat tanda salib di keningnya (sesuai permintaan keluarga) sebelum menutup kantong itu," tambah Nittla.

Peringati Hari Kartini di Tengah Pandemi Corona, Cinta Laura Beri Semangat Para Wanita

Mimpi buruk

Nittla menuturkan kenyataan bahwa ia mampu merawat pasien yang sekarat telah membantunya menangani krisis.

Karena jumlah pasien meningkat drastis, kapasitas unit kritis di Royal Free Hospital ditambah dari 34 menjadi 60 tempat tidur.

"Biasanya di unit perawatan kritis kita memberlakukan rasio satu perawat untuk setiap pasien. Sekarang satu perawat untuk tiga pasien," kata Nittla.

"Jika situasi memburuk nanti, satu perawat untuk enam pasien."

Halaman
123