TRIBUNWOW.COM - Ketua Forum Warga Kompleks Puri Cipageran Asri, Kota Cimahi, Yuli Setio Indartono, mengungkapkan pengalamannya membuat masyarakat yang awalnya khawatir dan panik, berubah menjadi mendukung dan membantu tetangga yang terkena Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com dari tayangan Mata Najwa, Rabu (15/4/2020), Yulis Setio menceritakan awal mula aksi solidaritas itu muncul di wilayahnya.
Diketahui, di tengah pandemi Covid-19 yang dihadapi segenap warga masyarakat di Indonesia, timbul stigma terhadap mereka yang terkait dengan virus tersebut.
Pengucilan dan penolakan terhadap warga maupun jenazah korban terpapar Virus Corona terjadi di sejumlah daerah.
• Solidaritas di Tengah Pandemi Covid-19, Antar Makanan hingga Makamkan Jenazah Pasien yang Terlantar
Berapa warga tidak mau berinteraksi dengan pasien terinfeksi atau petugas kesehatan yang menangani pasien terpapar Covid-19 yang ada di lingkungannya.
Untuk melawan stigma tersebut, warga Kompleks Puri Cipageran Asri dapat memberikan contoh dalam memperlakukan tetangga yang terkena Virus Corona.
Mereka dengan suka rela bergiliran memasakkan makanan dan mengantar ke rumah pasien yang terkena Covid-19 tersebut.
Kepedulian juga di tunjukkan oleh warga, saat pasien tersebut terpaksa harus keluar rumah untuk menjalani pengambilan spesimen secara swab ke rumah sakit.
Warga perumahan di kompleks tersebut memberikan masker gratis dan memberikan dukungannya melalui pesan tertulis kepada pasien terinfeksi.
Warga Sempat Panik Luar Biasa
Yuli menceritakan kronologis kejadian saat warga mengetahui adanya salah seorang anggota masyarakat di lingkungannya terjangkit Virus Corona.
Ia menjelaskan bahwa awalnya terjadi kepanikan di antara warga kompleks perumahan setelah mengetahui adanya pasien terjangkit Virus Corona di tengah mereka.
"Awalnya seperti yang mungkin terjadi di kompleks yang lain, begitu ada kabar ada yang positif itu kepanikannya luar biasa," ujar Yuli.
Beberapa warga menolak keberadaan pasien tersebut di lingkungannya, bahkan ada warga yang berniat pindah sementara dari kompleks perumahan tersebut.
"Ada yang meminta supaya pasiennya harus diantar ke rumah sakit dengan ambulans, ada yang ingin pindah sementara dari situ," sambung Yuli.
Dekati Tokoh Masyarakat
Pihaknya kemudian melakukan pendekatan pada tokoh masyarakat yang ada di kompleks perumahan tersebut dan memberikan pengertian.
"Kami melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat, menyampaikan poin-poin yang perlu diketahui."
"Protokol kesehatan, karateristik penyakit ini, dan bahwa ini adalah musibah yang tidak dikehendaki oleh siapapun, termasuk oleh pasien yang bersangkutan. Sehingga warga perlu untuk membantu," jelas Yuli.
Setelah dilakukan upaya edukasi dan sosialisasi pada masyarakat, warga yang ada di kompleks tersebut malah kemudian mendukung.
"Kemudian para tokoh masyarakat di RT 04, RW 10 itu, bergerak kepada masyarakat menyampaikan pemahaman yang benar kepada masyarakat, sehingga kemudian justru dukungan yang mengalir," imbuhnnya.
Komunitas masyarakat di perumahan tersebut membantu menyediakan makan bagi pasien dan keluarga sehingga tetap dapat bertahan di rumah.
"Jadi saat ini, ibu-ibu disana secara gotong royong, ada majelis taklim, gotong royong menyiapkan makan sehari tiga kali untuk keluarga pasien dan pasien itu," ungkap Yuli.
"Sekitar jam 09.00 atau 10.00 WIB diantarkan untuk makan selama tiga kali sehari."
"Ini sudah sedikitnya 10 hari dilaksanakan, dengan iuran dari ibu-ibu kitu sendiri, para warga sendiri. Jadi keluarga tidak mengeluarkan dana sama sekali, di support oleh warga," terangnya.
Yuli menyoroti dukungan mental yang diberikan oleh warga telah membantu kondisi psikologis pasien menjadi lebih baik dalam menjalani musibah yang dihadapinya.
"Yang paling penting yang saya lihat adalah, dukungan mental. Ini yang saya pikir sangat luar biasa, karena keluarga itu merasa di dukung, sehingga terakhir saya ketemu yang bersangkutan kemarin, saya lihat dari jauh, itu terlihat gembira sekali," kata Yuli sambil tersenyum.
Ia mengharapkan dengan suasana hati yang gembira tersebut, pasien terpapar Virus Corona dapat segera sembuh dan dinyatakan bebas Covid-19.
"Keluarganya gembira, pasiennya gembira. Sehingga kami berharap dengan hal seperti ini, suatu situasi psikologis yang bagus itu insya Allah akan mempercepat penyembuhan yang bersangkutan," pungkas Yuli.
Warga Kembali Khawatir saat Pasien Mau Keluar Rumah
Yulis Setio kemudian mengungkapkan situasi yang sudah tenang, kembali muncul rasa khawatir dari warga, ketika sang pasien harus keluar rumah untuk berobat.
"Yang membuat saya pribadi cukup terharu, jadi ceritanya begini, karena pasien ini adalah pasien yang sehat, tidak bergejala berat begitu, sehingga dari sisi protokol kesehatan memang boleh ada di rumah, isolasi di kamar begitu," tutur Yuli.
"Nah, suatu ketika pasien ini harus melakukan tes swab ke fasilitas kesehatan. Karena yang bersangkutan sehat, maka diizinkan untuk berangkat sendiri naik motor," sambungnya.
• Semangati Warga Terdampak Pandemi Corona, Anies: Yang Datang ke Jakarta Semuanya Orang Tangguh
Sempat timbul kekhawatiran di kalangan masyarakat, mereka takut pasien tersebut dapat menularkan virus bila diizinkan untuk keluar rumah.
"Warga mulai ada yang agak cemas lagi, ada warga yang mengatakan 'Kami yang sehat aja harus dikurung di rumah ini, kenapa yang sakit boleh keluar dari rumah'," ungkap Yuli.
Kembali Edukasi Warga hingga Paham
Pihaknya kemudian kembali memberikan edukasi pada masyarakat yang merasa cemas tersebut, agar tidak perlu khawatir.
"Lalu kami berikan pemahaman bahwa ini kalaupun toh dari (hasil) swabnya positif, virusnya itu adanya kan di saluran pernapasan, sehingga yang perlu adalah diminta menggunakan masker yang benar."
"Sehingga kalau di jalan beliau bersin, batuk, insyaAllah, virusnya akan tetap tidak keluar ke mana-mana," sambungnya.
Warga kemudian mengerti, mereka menunjukkan kepeduliannya dengan memberikan masker baru agar dapat dipakai saat pasien tersebut keluar.
"Warga paham, justru memberikan masker N-95 baru, ini membuat kami juga terharu," kata Yuli.
Warga juga menyampaikan dukungannya pada pasien tersebut melalui media sosial Whatsapp (WA) dan mendoakan agar pasien tersebut sehat.
"Jadi maskernya digantungkan di pagar, disertai pesan WA kepada yang bersangkutan 'bapak, kami semua warga disini mendukung bapak, hati-hati di jalan, mudah-mudahan bapak sehat' begitu," ungkapnya.
Yuli tak bisa menahan rasa harunya saat membaca isi pesan yang dikirimkan warga pada pasien tersebut.
"Saya membaca pesannya pun tersentuh dengan hal itu, sehingga tidak heran pasien ini dan keluarganya kondisi psikologisnya sangat bagus, gembira sekali mereka," ujarnya.
Pasien terjangkit Virus Corona yang ada di Cimahi tersebut ternyata berbeda keyakinan dengan mayoritas warga.
Namun hal ini tidak menjadi halangan bagi warga untuk bertoleransi dan memberikan dukungan moral agar pasien tersebut tetap semangat menjalani karantina.
"Perlu diketahui antara pasien dan keluarganya serta warga masyarakat di situ itu sebetulnya berbeda keyakinan, tapi dalam kondisi saat ini, itu tidak menjadi permasalahan sama sekali."
"Jadi hal ini patut dijadikan contoh juga dalam hal toleransi, dalam hal maslaah kemanusiaan," tandasnya.
• Makamkan Puluhan Korban Corona, Sopir Mobil Jenazah Menangis di Mata Najwa: Kami Juga Punya Keluarga
Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke-5.22:
(TribunWow.com/Via)