TRIBUNWOW.COM - Anak dari pasien meninggal Covid-19, David Mulya menceritakan kisah sedihnya melalui acara Fakta tv One yang tayang pada Senin (13/4/2020).
David Mulya menceritakan bahwa ayahnya baru saja meninggal karena terinfeksi Virus Corona.
Sedangkan, sang Ibu kini juga dirawat di rumah sakit karena penyakit yang masih tergolong baru tersebut.
• Viral Video Sekelompok Bule di Bali Asyik Gelar Pesta di Tengah Pandemi Corona, Langsung Dibubarkan
Dilansir TribunWow.com dari Channel YouTube Talk Show tv One pada Senin (13/4/2020), David Mulya mengaku sempat marah dengan apa yang terjadi.
"Dan mereka (pihak rumah sakit) mengatakan Papa sudah enggak ada, di situ rasa marah, rasa ingin nyalahin orang lain ada banget," kata David.
Walaupun begitu, David tetap mencoba bijaksana.
Ia meminta agar semua masyarakat tidak meremehkan Virus Corona.
"Tapi cuma bisa berdoa, bersyukur. Dari sini cuma pelajaran yang saya dapat bukan hanya untuk kita yang kehilangan karena Covid-19, semuanya untuk masyarakat," ungkap David.
"Bahwa ini sesuatu wabah yang harus bener-bener dianggap serius," imbuhnya.
David menceritakan ayahya meninggal dunia pada 30 Maret 2020.
Sedangkan swab test dilakukan dua hari sebelumnya.
Namun, ia baru mendapat hasil swab test ayahnya baru-baru ini.
Hasil test menyatakan ayahnya memang positif Virus Corona.
"Jadi pas masuk Papa tanggal 28 itu mereka melakukan swab test, 28 dia melakukan swab test terus Papa dipanggil Tuhan tanggal 30."
"Saya tetap minta hasilnya. Nah itu baru dapat hasilnya kemarin, itupun secara verbal. (Hasil) positif Covid-19," katanya.
David menuturkan bahwa Ibunya yang kini dirawat di rumah sakit belum mengetahui bahwa ayahnya sudah meninggal dunia.
Ia dan keluarga sengaja tak ingin memberitahukan hal tersebut.
David takut kondisi Ibunya akan drop ketika mendengar kabar bahwa sang ayah telah tiada.
• Jokowi Tetapkan Corona Jadi Bencana Nasional, Agus Pambagio Soroti Sisi Positif: Ini Force Majeure
"Kita enggak tahu Ayah akan dipanggil Tuhan subuh-subuh, jadi pas kita tau kabar Papah, kita enggak bilang Mamah karena pasti bakal kena imunnya, pasti langsung drop."
"Jadi sampai sekarang Mama enggak tahu kondisi Papa, Papa sudah dipanggil Tuhan, Mama belum tahu," cerita David.
Ibunya disebut oleh David masih sering mendoakan kesembuhan ayahnya.
Selain itu ibunya juga sering meminta David untuk memberikan vitamin kepada sang ayah melalui sambungan video call.
David menuturkan, dirinya juga terpaksa berbohong demi kesembuhan sang ibu.
"Mama cuma doa agar ya Papa sembuh dan kita juga enggak ngomong ke Mama, dan kita cuma kasih semangat mama walaupun saat Video Call berat ya Mamanya nanya, itu vitamin tolong kirim ke Papa."
"Jadi di situ berat banget, kita cuma bisa iya Ma nanti kita kirim Papa, Papa oke, Papa masih fighting," ucapnya.
David menjelaskan bahwa ia hanya ingin memberikan semangat kepada sang Ibu.
• UPDATE Virus Corona di Dunia, Selasa 14 April: 1,9 Juta Jiwa Terkena Covid-19, AS Ada 587 Ribu Kasus
"Nanti kalau Mama tau kan bisa langsung drop jadi inginnya kita tetep kasih tetep semangat, dan Mama sudah melakukan swab test dan dari rumah sakit yang ia lagi di sana, dinyatakan positif juga," kata dia.
Atas kejadian yang menimpanya itu, David meminta agar semua pihak bisa bekerja sama memerangi virus ini.
Tak hanya itu, ia meminta agar terus memberikan semangat kepada para tenaga medis.
"Yang kita ingin adalah agar virusnya enggak menang, kita bisa lawannya sama-sama, kita sebagai keluarga memberi semangat pada tenaga medis, semangatin ya agar tenaga medis juga bisa memberi info pada anggota keluarga yang khawatir, nunggu di rumah," pintanya.
David meminta semua orang bisa membantu dalam mengatasi virus yang belum ada obatnya ini.
"Saya merasa, saatnya sih untuk yang di rumah saja bisa membantu lewar apa yang bisa dibantu. Lewat media sosial, atau kenalan dan lain-lain sama-sama membantu bener-bener melawan Covid-19. Karena sampai saat ini belum ada obatnya," pungkasnya.
• Ramadan di Tengah Virus Corona, Sekum Fatwa MUI: Bisa Jadi Bala atau Rahmat, Tergantung Menyikapinya
Lihat videonya mulai menit ke-6:10:
Kronologi Ayahnya Terjangkit hingga Meninggal
Pada kesempatan yang sama, David juga mengungkap kesaksiannya terkait kematian sang ayah.
David Mulya mengatakan bahwa ayahnya sempat ditolak oleh rumah sakit.
David mengatakan bahwa sang ayah mulai sakit pada 21 Maret 2020.
• Soal Imbas Corona Bagi Pengusaha, Apindo Sebut Stimulus Ekonomi Pemerintah Tak Berdampak Langsung
Mulanya, David menuturkan, dirinya hanya merawat ayahnya di rumah lantaran gejala yang dialami hanya panas dan batuk.
"Jadi dia itu mulai ada demam itu di tanggal 21 Maret demamnya masih sekitar 37,5 tapi sudah ada batuk dan dia merasa meriang, panas."
"Nah kita diemin dulu, kita kasih obat biasa nah setelah itu di tanggal 23 panasnya makin naik, 38 nah di situ kita langsung memutuskan ke rumah sakit," kata David.
Saat dibawa ke rumah sakit dan ditanya dokter, David menjelaskan bahwa ayahnya sempat ke luar negeri dan luar kota.
"Ke rumah sakit, pas di sana melakukan tes biasa belum untuk Covid-19 masih cuma ditanya keluhannya apa dan ditanya jalan ke luar negeri enggak."
"Saya cerita bapak sebelum dua minggu tanggal 21 bapak pergi ke Singapura, setelah dari Singapura dia ke Bandung, dokternya langsung cek darah sama Xray pas hasilnya keluar langsung dinyatakan PDP Covid-19," ungkap dia.
Kemudian David menceritakan setelah itu ayahnya ditanya banyak terkait identitas dan dengan siapa saja ia pernah berkontak.
Meski sudah berstatus PDP, namun dokter menyarankan agar sang ayah melakukan isolasi mandiri hingga mendapat kabar dari pihak terkait.
Setelah dua hari hingga tiga hari, David menjelaskan tidak ada kabar dari pihak terkait dan justru disuruh menunggu.
• UPDATE Virus Corona di Dunia, Selasa 14 April: 1,9 Juta Jiwa Terkena Covid-19, AS Ada 587 Ribu Kasus
Karena tak kunjung membaik, akhirnya ia memutuskan membawa sang ayah ke rumah sakit.
Saat diperiksa, paru-parunya sudah dipenuhi bercak putih.
"Empat hari Papa panasnya naik turun, naik turun, sampai akhirnya kita bawa ke rumah sakit untuk nglakuin tes darah ama CT scan."
"Dari hasil paru-parunya, fleknya bercaknya sudah banyak banget," ungkapnya.
Meski demikian, ayahnya justru meminta untuk tetap di rumah.
"Kita tanya Papa mau di rumah apa langsung ke rumah sakit rujukan untuk Covid-19, Papa bilang sudah di rumah dulu kayaknya masih bisa jadi ya udah kita bawa pulang," lanjutnya.
Kemudian, pada tanggal 27 atau 28, David sempat mengecek kondisi ayahnya di kamar.
Lantaran, nafas ayahnya sudah mulai naik turun dan mengalami diare maka dia langsung bergegas membawa sang ayah ke rumah sakit.
Namun, Papanya justru ditolak lantaran rumah sakit yang dituju sudah penuh.
"Pas sampe di sana, Papah enggak di-admit, ditolak, dibilangnya karena full dan juga enggak ada surat yang diberikan dari rumah sakit terkait untuk bisa admit dan lain-lain," ungkapnya.
Lantas, rumah sakit itu hanya menyarankan untuk mencoba mendatangi rumah sakit rujukan atau rumah-rumah sakit lainnya.
• Kembali Tunjukkan Kepedulian Perangi Pandemi Virus Corona, Shah Rukh Khan Kini Sumbang 25.000 APD
Saat mendapatkan rumah sakit, ayahnya kemudian masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Nah mereka suggestnya mendingan untuk mengelilingi rumah sakit rujukan dan tau di mana yang bisa admit dan saya bilang ya enggak ada waktu karena Papa sudah sesak nafas di mobil kan."
"Terus akhirnya kita pergi ke rumah sakit, akhirnya ada satu yang bisa admit Papa saya, di situ saya nunggu 5 jam akhirnya Papa sudah di IGD terus sekitar jam 7 pagi oke harus diadmit."
"Lalu, rumah sakit mengatakan bahwa kamar untuk Papanya baru sekitar pukul tiga sore," cerita David.
Lalu, pada malam harinya ayahnya sempat mengirim pesan via Whatsapp bahwa dirinya sempat kehausan.
"Dan saat itu saya terakhir kali lihat Papa, terus di hari yang sama jam 11 jam 12 Papa WA haus minta air, akhirnya kita harus kirim sopir untuk kasih air putih," ujar dia.
Selain itu, David juga sempat mendapat WhatsApp ayahnya yang mengatakan bahwa sang ayah sempat melepas infus.
Namun, ketika ditelepon balik, sang ayah tak menjawabnya hingga pihak rumah sakit mengatakan kondisi ayahnya sudah drop.
"Nah di malam itu Papa ada WA ada jam 9 malam, katanya infus Papa copot, Papa enggak bisa taruh balik, enggak bisa fix, dan situ sudah lemes, panik, telpon juga enggak diangkat jadi akhirnya."
"Kita ada dapat telpon dari rumah sakit, pas di rumah sakit Papa kondisinya drop, tingkat kesadarannya sudah di angka tiga," ucapnya.
Lalu rumah sakit mengatakan akan menangani ayahnya dengan inkubasi.
• Dosen di Malang Positif Virus Corona, Satgas Covid-19 Lacak Riwayat Kontak sampai ke Kampus
"Akhirnya mereka bilang oke step, yang bisa dilakukan sekarang adalah inkubasi atau fair ventilator," sambungnya seperti akan menangis.
David mengatakan dirinya sempat panik pasalnya perawatan Covid-19 dengan ventilator kadang berhasil kadang tidak.
Meski demikian ia hanya bisa pasrah dan menunggu.
Namun, pada akhirnya nyawa sang ayah tak bisa tertolong hingga meninggal dunia.
David mengaku sempat marah dengan apa yang terjadi.
"Nah kita tunggu, kita berdoa terus sekitar 30 menit dapat telpon dari rumah sakit, mereka bilang ini sudah mencari nadi dan lain-lain tapi sudah enggak bisa."
"Dan mereka mengatakan Papa sudah enggak ada, di situ rasa marah, rasa ingin nyalahin orang lain ada banget," serunya.
Walaupun begitu, David tetap mencoba bijaksana dan meminta agar semua masyarakat tidak meremehkan Virus Corona ini.
"Tapi cuman kita berdoa, bersyukur dari sini cuma pelajaran yang saya dapat bukan hanya untuk kita yang kehilangan Covid-19, semuanya untuk masyarakat," pungkasnya. (TribunWow.com/Mariah Gipty)