Virus Corona

Hadapi Pandemi Virus Corona, Indonesia Datangkan 18 Alat Tes PCR dan 2 Ekstraktor RNA dari Swiss

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, menjelaskan mengenai alat uji yang telah didatangkan pemerintah tersebut.

Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:

Perbandingan 'Rapid Test' dan Tes PCR

Dikutip dari tvOneNews, Kamis (9/4/2020), Juru Bicara Tim Dokter Pasien Covid-19 RSUP Persahabatan, Jakarta, dr. Erlina Burhan mengungkapkan mengenai keefektivan langkah pemerintah dalam menanggulangi Covid-19, dengan melaksanakan rapid test.

"Kita lihat dulu rapid test-nya ini serology atau yang antigen," ujar Erlina.

Ia menyebutkan rapid test serology kurang efektif karena dapat menghasilkan false negative atau mengeluarkan hasil negatif padahal sebenarnya positif.

Anies Baswedan: Jumlah Korban Positif Tak Cerminkan Masalah, tapi Kemampuan Tes yang Terbatas

"Karena kalau rapid test yang dasarnya adalah serology, yang periksa darah, itu baru positif kalau ada antibodi, dan antibodi ini baru ada kalau sudah ada gejala," jelas Erlina.

"Nah, jadi kalau di awal-awal kita memakai rapid test yang serology atau antibodi ini, maka akan false negative," sambungnya.

Erlina menyarankan agar pada fase awal pemeriksaan, pemerintah menggunakan rapid test antigen.

Rapid test antigen tersebut mendeteksi virus yang ada di spesimen cairan tenggorokan pasien, sehingga lebih efektif.

Namun ia mengatakan tes paling efektif adalah Tes PCR yang juga dilakukan dengan menguji spesimen cairan tenggorokan pasien.

Tes ini lebih akurat mendeteksi Virus Corona, namun membutuhkan beberapa waktu untuk mengetahui hasilnya.

Juru Bicara Tim Dokter Pasien Covid-19 RSUP Persahabatan, Jakarta, dr. Erlina Burhan, mengungkapkan efektivitas rapid test. (YouTube tvonenews)

"Butuh waktu sampai satu hari, dan itu sifatnya harus di lab. Sementara rapid test ini dapat dilakukan di setiap faskes (fasilitas kesehatan)," kata Erlina.

Erlina menyebutkan pemerintah bisa menggunakan kedua jenis rapid test, namun ia mewanti-wanti untuk lebih memperhatikan masyarakat yang akan dites.

Apabila belum muncul gejala, jangan dilakukan tes secara serology, namun dengan tes antigen.

Sehingga keakuratan dari tes tersebut bisa dipertanggungjwabkan dan masyarakat yang telah dites mengetahui kondisi tubuh sebenarnya.

Ditakutkan apabila muncul adanya false negative, padahal virus tersebut sudah ada di tubuh, orang yang menyangka dirinya sehat itu akan berinteraksi dengan orang lain sehingga virus makin menyebar.

Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:

(TribunWow.com/Noviana Primaresti)