TRIBUNWOW.COM - Masyarakat terancam tak dapat menikmati daging ayam pada lebaran mendatang.
Hal ini diakibatkan oleh harga ayam ras pedaging baik boiler dan layer jantan yang jatuh yakni Rp 6000-Rp 8000 per kg di tingkat peternak.
Informasi ini diungkapkan oleh Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GO-PAN) Ir H Heri Dermawan seperti dikutip dari TribunJabar.id, Senin (6/4/2020).
• Penjual Terlanjur Rugi, Viral Potongan Daging pada Bakso Ternyata Bukan Kaki Tikus, tapi Mulut Sapi
Heri menyebut harga ayam ras sudah jatuh sejak awal tahun baru menyusul banjir besar melanda Jakarta sehingga ayam tidak bisa masuk ke pasar kawasan Jabodetabek.
Harga yang turun drastis membuat peternak enggan mengisi kandangnya.
Ia juga berujar kelangkaan tersebut tak hanya terjadi di wilayah Jawa Barat saja, tetapi juga secara nasional.
“Karena harga jatuh ekstrem, peternak akan enggan mengisi kandangnya. Diperkirakan Lebaran nanti akan terjadi kelangkaan ayam (pedaging). Kelangkaan itu terjadi secara nasional, tidak hanya di Ciamis,” ujar Heri.
Heri lalu membeberkan sejak pekan terakhir Februari, harga ayam di tingkat peternak selalu berada di bawah biaya pokok produksi.
Padahal peternak masih harus menanggung biaya produksi sebesar Rp18.500 hingga Rp19.000/kg.
• Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri di Tengah Covid-19 Dikeluarkan, MUI Minta Umat Islam Patuh
Hal itu pun membuat para peternak merasa kelabakan.
“Sejak pekan akhir Februari harga ayam (pedaging) di tingkat peternak selalu dibawah BEP (break event point/biaya pokok produksi). Dan dalam seminggu ini jatuh ekstrem ke angka Rp6.000 sampai Rp8.000/kg. Peternak kelabakan,” katanya.
• Termasuk Sup Ayam, Konsumsi 5 Makanan Ini untuk Tingkatkan Imun Tubuh saat Maraknya Virus Corona
Jatuhnya harga ayam pedaging ini tidak sepenuhnya imbas pandemi Virus Corona.
Namun, karena adanya over produksi sejak bulan lalu.
“Produksi ayam pedaging nasional mencapai 80 juta ekor/minggu, sementara kebutuhan nasional hanya 60 juta ekor/minggu. Kelebihan produksi (over produksi) inilah yang menjadi awal masalah. Kondisi tersebut diperparah imbas wabah Virus Corona yang membuat pasar lumpuh,” ungkap Heri.
Kondisi ini dikhawatirkan akan terus berlangsung.