Virus Corona

Jakarta Tetap Macet meski Korban Corona Terus Bertambah, Dekan FK UI: Ini Bicara soal 'Perut'

Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), Ari Fahrial Syam dalam acara 'DUA SISI' Kompas TV, Senin (30/30/2020).

TRIBUNWOW.COM - Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), Ari Fahrial Syam menyoroti kemacetan yang tetap terjadi di DKI Jakarta meskipun pemerintah sudah mengimbau masyarakat tetap berada di dalam rumah.

Dilansir TribunWow.com, Ari Fahrial Syah menyebut kemacetan yang terjadi di Jakarta disebabkan karena warga yang harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan.

Ia menjelaskan, imbauan yang disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum diterapkan secara efektif di seluruh daerah.

Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), Ari Fahrial Syam dalam tayangan 'DUA ARAH' Kompas TV, Senin (30/3/2020). (YouTube Kompas TV)

 

Dokter Paru-paru Beri Kecaman soal Disinfektan yang Disemprot ke Tubuh: Tak Disarankan WHO

Kabar Baik, 2 Pasien Covid-19 di Solo Dinyatakan Sembuh, Hadi Rudyatmo Sebut Masih akan Bertambah

Pernyataan itu disampaikan Ari Fahrial Syam melalui tayangan 'DUA ARAH' Kompas TV, Senin (30/3/2020).

"Kalau kita lihat imbauan Pak Presiden kira-kira 2 minggu lalu itu jelas, sebenarnya bahwa belajar dari rumah, bekerja dari rumah, beribadah dari rumah," ucap Ari.

Setelah imbauan itu disampaikan, menurutnya harusnya seluruh jalanan di semua daerah lengang dari aktivitas warga.

Sebab, aktivitas di luar rumah akan meningkatkan risiko penularan Virus Corona.

"Jadi sebenarnya kita tinggal bagaimana itu terjadi, bahwa memang di jalanan enggak ada orang, orang itu minimal sekali," ujar Ari.

"Karena saya harus bilang, virusnya itu enggak ke mana-mana, yang ke mana-mana orang yang membawa virus tersebut."

Terkait daerah Tegal, Jawa Tengah, yang sudah memberlakukan karantina terbatas, Ari menyebut hal itu sesuai dengan imbauan presiden.

Kesaksian Wanita Tertipu Belasan Juta setelah Beli Masker secara Online, Ternyata Diisi Dus Bekas

Menurutnya, hal terpenting dari semua kebijakan yang diambil untuk mencegah penularan Virus Corona yakni dengan membatas kegiatan di luar rumah para warga.

"Saya rasa itu sesuai anjuran presiden, kan semua intinya itu sama," terangnya.

"Apalagi sekarang lebih kuat lagi, lebif efektif imbauan yang disampaikan Pak Presiden itu ternyata kan pada beberapa daerah tidak konsisten."

Melanjutkan penjelasannya, Ari lantas menyinggung kemacetan yang tetap terjadi di DKI Jakarta meskipun warga sudah diimbau beraktivitas di dalam rumah.

"Seperti Jakarta aja misalnya, masih ada kemacetan-kemacetan di simpang-simpang meski makin lama makin turun," jelas Ari.

"Tapi mesti kita lihat lagi, misalnya saya lihat di mal, di mal memang sepi."

Menurut Ari, kemacetan yang tetap terjadi di Jakarta disebabkan karena keharusan warga mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Jadi berarti kenapa ada di jalan? Berarti ini bicara soal perut," kata Ari.

"Karena dia mungkin buat cari makan, jadi intinya adalah bahwa memang kita mencegah orang berinteraksi."

Soal Usulan Pemotongan 50 Persen Gaji DPR, Dedi Mulyadi: Sampai Corona Selesai

Simak video berikut ini menit ke-15.40:

 

Bahaya Semprot Tubuh Gunakan Disinfektan

Di sisi lain, sebelumnya Tim Penanganan Covid-19, dokter Erlina Burhan mengecam tindakan penyemprotan disinfektan pada tubuh warga untuk memusnahkan Virus Corona.

Dilansir TribunWow.com, Erlina Burhan gamblang menyebut penyemprotan disinfektan pada tubuh manusia justru berbahaya.

Ia menjelaskan, cairan disinfektan itu bisa terhirup dan malah akan mengancam keselamatan warga.

Hal itu disampaikan Erlina melalui tayangan YouTube Talk Show tvOne, Minggu (29/3/2020).

• Dokter Erlina Beberkan Gejala Baru Virus Corona, Pasien Tak Bisa Menicum Bau-bauan, Apa Sebabnya?

Erlina menyampaikan, disinfektan bukan dibuat untuk disemprotkan ke tubuh manusia.

"Wah itu malah bahaya menurut saya karena pertama, disinfektan itu bukan untuk manusia," tegas Erlina.

"Tapi untuk permukaan benda-benda mati, kita kan tahu nih penularan ada yang langsung lewat droplet, orang di sekitarnya kena kalau jarak kurang dari 1 meter."

Menurut Erlina, yang perlu disemprot disinfektan adalah permukaan benda-benda mati yang mungkin terdapat virus.

"Atau lewat kontak tidak langsung, virus yang ada di droplet ada di permukaan meja, kursi, atau yang lainnya," ujar Erlina.

"Iya, mejanya yang mesti dibersihin, atau tombol lift, tangga, pegangan pintu."

• Sudah Berkali-kali Ajukan APD untuk Puskesmas ke Pemerintah Pusat , IDI: Kami Mati

Karena itu, ia menegaskan tubuh manusia tak perlu disemprot disinfektan.

Bahkan, penyemprotan tersebut justru berbahaya jika dilakukan.

"Itu yang diberi disinfektan, bukan manusia," kata Erlina.

"Itu kalau zat-zat apa itu, clorin ya? Itu kan kalau kena mata atau terhirup saluran nafas berbahaya. Itu tidak direkomendasikan oleh WHO."

Lebih lanjut, ia menjelaskan cairan disinfektan tak hanya berbahaya jika dihirup manusia.

Jika terkena kulit, cairan tersebut menurutnya juga bisa menyebabkan infeksi.

"Kalau orangnya energi? Kalau iya dia pakai tangan panjang, kalau pakai tangan pendek kan kena kulitnya," ujar dia.

• Minta Kepala Daerah Saling Bantu Cegah Virus Corona, Ganjar Pranowo: Bukan Saling Jaga KTP

"Itu tidak baik untuk kulit, untuk mata, untuk saluran nafas. Orang kan enggak selalu bisa tahan napas dengan benar, nanti kalau ada di permukaan kelopak mata dia kedip-kedip perih juga."

Erlina menambahkan, jika warga ingin melindungi tubuh dari infeksi Virus Corona, bisa dilakukan dengan sering mencuci tangan dengan sabun.

"Jadi intinya kalau virus itu di permukaan dan tersentuh oleh kita, yang penting adalah cuci tangan," tegasnya.

"Satu lagi, jangan suka pegang-pegang mata, hidung, wajah, mulut,itu yang mesti dicegah. Bukannya tubuh kita disemprot." (TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)

 

Baca Juga: Jakarta Tetap Macet meski Korban Corona Terus Bertambah, Dekan FK UI: Ini Bicara soal 'Perut'