Sehingga banyaknya penumpang justru meningkatan risiko penyebaran Virus Corona.
• Soal Corona, Sekolah di Yogyakarta Tetap Beraktivitas Normal, Ini Alasan Sri Sultan Hamengkubuwono X
“Pemprov DKI tidak memperhitungkan mereka yang tidak bisa otomatis beralih bekerja di rumah," ujar Eneng, Senin (16/3/2020).
"Pembatasan armada justru mengorbankan pekerja harian yang bergantung pada transportasi umum,” ujar anggota legislatif yang sering disapa Milli.
Ia berharap Pemprov DKI segera meninjau ulang keputusan tersebut sehingga tak terjadi penumpukan saat jam sibuk pulang kerja.
Meski begitu, Eneng mendukung kebijakan soal kebijakan bekerja di rumah untuk mengurangi interaksi fisik di ruang publik.
Namun, beberapa penyedia usaha masih membutuhkan adaptasi untuk menerapkan kebijakan itu.
“Dunia usaha membutuhkan waktu transisi untuk mengadopsi himbauan bekerja di rumah, itu pun baru diungkap Jumat sore lalu, tidak bisa otomatis semua pekerja di-rumahkan,” kata dia.
Langkah memerangi infeksi Virus Corona seharusnya dilakukan dengan memperbanyak armada Transjakarta dan gerbong MRT yang beroperasi sehingga penumpang bisa tersebar dan langsung terangkut.
“Masa tunggu penumpang harusnya dipersingkat. Penumpukan massa di ruang tertutup yang sempit seperti halte justru membuat sarang infeksi,” jelasnya.
• Tepis Isu Meninggal Dunia karena Positif Corona, Tom Hanks Kini Ajak untuk Saling Jaga Diri
Sementara diberitakan Kompas.com, Anies Baswedan mengumumkan adanya pembatasan moda transportasi di Jakarta demi mencegah penyebaran Virus Corona.
Yakni MRT, LRT, dan Transjakarta.
Anies menyebutkan, ketiga moda transportasi itu hanya akan melayani warga dari pukul 06.00 -18.00 WIB.
Pembatasan jam operasi itu mulai diterapkan Senin (16/3/2020).
"Rangkaian MRT yang setiap hari ada 16 rangkaian akan berubah menjadi empat rangkaian," kata Anies dalam konferensi persnya yang disiarkan melalui akun Facebook Pemprov DKI, Minggu (15/3/2020).
(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami/Tiffany Marantika)