"Kecepatan itu yang ingin saya sampaikan," kata Jokowi.
Ayah Gibran Rakabuming Raka itu lalu menjelaskan terkait data informasi pasien positif COVID-19.
Jokowi mengakui dirinya ingin membagikan informasi pasien positif COVID-19.
Namun karena adanya sejumlah pertimbangan, pemerintah memutuskan untuk menyembunyikan info pasien.
Pertimbangan tersebut di antaranya adalah agar tidak menyebar kepanikan di masyarakat, dan menjaga keamanan pasien setelah sembuh dari COVID-19.
"Sebetulnya inginnya kita sampaikan, tetapi kita juga berhitung mengenai kepanikan dan keresahan di masyarakat," kata Jokowi.
"Juga efek nantinya terhadap pasien apabila sembuh."
"Jadi setiap negara, saya kira memiliki policy (kebijakan) yang berbeda-beda."
Jokowi menambahkan, terlepas dari pembagian data pasien positif COVID-19, tim pemerintah selalu bergerak cepat menangani wabah asal Wuhan, Hubei, China itu.
"Tetapi yang jelas, setiap ada cluster baru, pasti tim reaksi cepat kita langsung memagari," pungkasnya.
Istana Bantah Tak Serius Atasi Corona
Lonjakan jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang cukup banyak, menimbulkan tanya dari masyarakat.
Muncul pihak yang menuding pemerintah tak berusaha maksimal dalam menangani COVID-19.
• 8 Rekomendasi WHO pada Indonesia terkait Virus Corona: Liburkan Sekolah hingga Perluas Deteksi
Dikutip dari YouTube PRIME TALK metrotvnews, Kamis (12/3/2020), Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Dany Amrul Ichdan membantah bahwa pemerintah tidak serius dalam penanganan COVID-19.
Awalnya Analis Kebijakan Publik Trubus Rhadiansyah, menilai pemerintah belum maksimal dalam menangani COVID-19.