Justru sebaliknya, Dany mengatakan peningkatan jumlah tersebut, menandakan pemerintah terus bergerak aktif mendeteksi potensi-potensi COVID-19 yang ada di masyarakat.
"Kita juga pemerintah melihat, terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang ada, yang perlu saya sampaikan adalah kenaikan jumlah orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan, tidak menunjukkan bahwa kita jelek," kata Dany.
"Dengan penambahan orang dalam pemantauan, berarti menunjukkan bahwa pemerintah telah berhasil untuk melihat segmen-segmen mana, atau populasi-populasi mana yang dianggap atau punya risiko memberikan penularan, maka dilakukan observasi, dan isolasi."
"Jadi penambahan jumlah orang dalam pemantauan menunjukkan keseriusan pemerintah di dalam mensegmenkan, dan memberlakukan orang dalam pemantauan, sehingga bisa dieliminir risiko-risiko yang akan ditimbulkan," pungkasnya.
Anies Baswedan: Kalau Tak Serius Punya Potensi 6.000 Kasus
Menanggapi kenaikan angka kasus Covid-19, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan bahwa saat ini pemerintah Indonesia memiliki dua pilihan dalam menangani kasus virus asal Wuhan, Hubei, China itu.
• Status Virus Corona Ditingkatkan Menjadi Pandemi Global, WHO Beri Alasan: Meningkat 13 Kali Lipat
Dikutip dari YouTube Najwa Shihab, Rabu (11/3/2020), Anies mengatakan Indonesia sudah dapat melihat ragam cara penanganan Covid-19 di sejumlah negara lain.
"Indonesia menghadapi situasi ini (wabah Virus Corona) sekarang," kata Anies.
Anies mencontohkan kasus-kasus besar yang terjadi di Iran, Korea Selatan, Italia, dan Tiongkok.
Berdasarkan kasus-kasus disejumlah negara tersebut, Anies menarik kesimpulan bahwa ada tingkat keparahan kasus dapat dilihat dari cara penanganan negara yang bersangkutan.
"Ada pattern-nya (pola) di sini Mbak Nana," kata Anies.
Anies membagi pola tersebut menjadi dua, yakni negara yang santai di awal, dan negara yang waspada sejak awal.
"Satu, kita bisa dua pilihan, pilihan pertama, ambil rute seperti Iran, Amerika, Korea Selatan, Italia, apa yang mereka lakukan? Di awal rileks, lakukan terbatas pengetesan, lalu jumlahnya bertahap meningkat," paparnya.
"Di Italia itu pada 20 Februari itu cuman 4 kasus, dalam 18 hari menjadi 19.172, lompatnya luar biasa."
"Kemudian setelah itu lompat, pemerintahnya bertindak, untuk melakukan penutupan, pembatasan semuanya, itu satu model."