TRIBUNWOW.COM - Aktivis Sosial Geisz Chalifah mengutarakan pendapatnya terkait survei yang dilakukan oleh pengamat politik M Qodari mengenai kinerja sejumlah Gubernur DKI Jakarta dalam menangani banjir.
Geisz mengatakan dirinya sama sekali tidak setuju dengan M Qodari yang menjadikan survei sebagai acuan melihat kinerja seorang gubernur.
Ia menyoroti rendahnya prosentase keberhasilan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam menangani banjir di Ibu Kota.
• Fasih Bahas Banjir Jakarta, Mardani Ali Sera Tertawa Diledek Aiman Cocok Jadi Jubir Anies Baswedan
Dikutip dari video unggahan kanal Youtube Indonesia Lawyers Club, Selasa (25/2/2020), awalnya Geisz meminta agar menilai kinerja harus dilakukan berdasarkan data yang ada.
Ia memberikan contoh data bisa berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Provinsi DKI.
"Melihat kinerja orang kok pakai survei, melihat kinerja itu pakai data, bukan dengan survei," sindir Geisz kepada M Qodari selaku penyelenggara survei Indo Barometer.
"Datanya apa? BPBD Pemprov DKI, punya data, datanya jelas," sambung Geisz.
Geisz lalu mengambil contoh banjir yang terjadi pada tahun 2015.
Ia memperlihatkan bagaimana jumlah area terdampak banjir pada tahun 2015 dan tahun 2020 sudah jauh berkurang.
"Saya ambil yang tahun 2015 saja, 2015 itu 702 RW tergenang, di tahun 2020 yang tergenang 390 RW, tanggal 1 Januari kemarin, hari ini 296," paparnya.
Geisz juga mengklarifikasi pernyataan narasumber lain di acara ILC.
Ia mengatakan banjir berkali-kali juga terjadi pada tahun 2016, yakni masa kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau akrab dikenal dengan nama Ahok.
"Apakah di 2016 tidak banjir berkali-kali? Banjir berkali-kali," tegasnya.
"Jadi jangan ngarang Saudara Guntur Romli, banjir berkali-kali hanya di masa sekarang," lanjut Geisz.
Banjir di Jakarta dijelaskan oleh Geisz sering terjadi karena drainase kota yang buruk dan berkurangnya daerah resapan air.