Terkini Nasional

Di ILC, Mahfud MD Sebut Balik ke Era Soeharto Bisa Bebaskan Indonesia dari Mafia Hukum: Ugal-ugalan

Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden ke-2 Indonesia Soeharto (kiri) dan Menko Polhukam Mahfud MD (kanan). Mahfud MD mengatakan apabila Indonesia ingin cara cepat dan serampangan untuk memperbaiki hukum negara, bisa ditempuh dengan meniru era Soeharto.

TRIBUNWOW.COM - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD tidak memungkiri di Indonesia masih banyak ditemukan mafia-mafia yang mengotori praktik hukum di Indonesia.

Mahfud MD mengatakan hal tersebut butuh waktu untuk diselesaikan.

Namun apabila Indonesia ingin jalan pintas membereskan masalah itu, Mahfud MD menyarankan agar pemerintahan kembali meniru gaya tirani era Presiden Soeharto.

Di ILC, Anies Baswedan Ungkap Kunci Majunya Indonesia: Disebut Bung Erick, AA Gym Menggarisbawahi

Karni Ilyas Tak Terima ILC Vakum Disebut karena Ketakutan, Sudjiwo Tedjo: Jangan Bantah Saya

Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Selasa (11/2/2020), meskipun banyak ditemukan penyelewengan hukum di tanah air, Mahfud mengatakan dirinya tidak merasa putus asa untuk memperbaiki hal tersebut.

"Banyak industri hukum, kalau begitu apakah kita ini mau putus asa? Tidak lah," jelas Mahfud.

Menurutnya hal tersebut adalah risiko dari menerapkan sistem demokrasi dalam negara.

"Karena yang begitu itu saya selalu mengatakan bernegara itu ya berdemokrasi, berdemokrasi itu ya berhukum, berhukum itu ya harus bersabar menghadapi hal-hal seperti itu," paparnya.

Ia kemudian menyinggung Rizal Ramli yang merupakan mantan menteri di berbagai bidang yang selalu mengkritisi pemerintah Indonesia.

"Tidak pernah itu misalnya ada pujian kalau saya dengar dari Mas Rizal Ramli apa sih yang dipuji dari negara ini," kata Mahfud MD.

"Dari dulu sampai sekarang Mas Rizal Ramli kecuali ketika Rizal Ramli jadi Ketua Bulog itu bagus gitu," ungkapnya.

Mahfud menjelaskan di balik kritik-kritik yang dilemparkan oleh Rizal Ramli, Indonesia mengalami perkembangan dalam Indeks Persepsi Korupsi.

"Tapi ndak pernah ada pujian, padahal itu indeks persepsinya itu naik," kata Mahfud.

"Indeks persepsinya itu naik dari waktu ke waktu meskipun seperti siput."

Di ILC, Sudjiwo Tedjo Blak-blakan Minta Erick Thohir Mundur Jadi Menteri, Karni Ilyas: Usul Dicatat

Ia menyebut Indonesia bisa saja menyelesaikan permasalahan hukum secara cepat dengan meniru gaya pemerintahan era Soeharto.

"Saya mengatakan begini kalau kita cuma mau memperbaiki dengan cara ugal-ugalan gampang aja, kembali ke otoriter kayak Pak Harto dulu," jelas Mahfud.

"Pemerintahnya otoriter, Pak Harto bilang apa, kalau dia punya kekuasaan mau menata hukum gampang saja, kalau tidak mau menata hukum gampang juga gitu."

"Dulu Pak Harto berdehem saja seluruh rakyat Indonesia ini ikut berdehem," lanjutnya.

Namun hal tersebut sudah tidak mungkin dilakukan sebab kini Indonesia negara yang menganut sistem demokrasi, bukan otoriter.

"Sekarang ndak bisa begitu, berdehem di depan orang ditempeleng kalau forumnya endak tepat," kata Mahfud.

"Kalau semua ikut berdehem semua, nah sekarang pilihan kita mau membangun demokrasi apa tidak, ini persoalannya."

"Nah sekarang pilihan kita mau membangun demokrasi apa tidak, ini persoalannya," imbuhnya.

Di ILC, Rizal Ramli Sindir Praktik Hadiah Jabatan, Puji Sistem Komunis China: Orang Dites Dulu

Ibarat Tikus Pasang Kalung di Leher Kucing

Hambatan Indonesia mencapai kemajuan demokrasi Indonesia menurut Mahfud adalah memperbaiki kualitas partai politik.

Namun hal tersebut sukar dilakukan karena tidak ada yang berani untuk mengendalikan kekuasaan partai politik.

Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri) dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto (kanan) (Kolase (Tribunnews.com) dan (Youtube GerindraTV))

Cerita Arum, WNI dari Wuhan di Natuna Jelang Pemulangan Sabtu Besok: Ini Begitu Berkesan

Mahfud menggambarkan kondisi tersebut layaknya tikus yang ingin memasang sebuah kalung di leher kucing agar selalu tahu pergerakan kucing tersebut.

Permasalahannya adalah tidak ada satu pun tikus yang berani meletakkan kalung di leher kucing

"Kalau membangun demokrasi kuncinya memperbaiki partai politik," kata Mahfud.

"Tapi saat ditanya bagaimana cara memperbaikinya kok semuanya mengeluh gitu."

"Ya sama saja dengan cerita Konferensi Internasional tikus-tikus di Kairo itu kesimpulannya kucing harus dikasih kalung."

"Tapi ketika dikatakan gimana cara masang kalung kelentengan ke kucing ndak ada yang berani, sama juga kita juga seperti itu begitu Pak," ujar Mahfud MD.

Bicara Keadilan, Sujiwo Tejo Soroti Arloji Erick Thohir di ILC: Jauh Banget, Gimana Persamaan Nasib?

Lihat videonya di bawah ini mulai menit ke-6.30:

(TribunWow.com/Anung Malik)