Pemulangan WNI eks ISIS

Wacana Pemulangan WNI Eks ISIS Timbulkan Pro dan Kontra, Pengamat Terorisme UI Usul 'Jalan Tengah'

Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana kamp pengungsian bekas anggota ISIS al-Hol, Desember 2019. Pro dan kontra wacana pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) mantan anggota ISIS terus bergulir. Pengamat Terorisme UI Berikan 'Jalan Tengah' ini.

Seperti membuat identifikasi prioritas WNI mana yang dipulangkan atau tidak. 

"Kami dari akademisi menawarkan opsi ketiga dari pro dan kontra ini."

"Yakni memulangkan anak-anak dibawah 10 tahun dan wanita lemah," kata Ridlwan.

Beda Sikap Menteri Jokowi Tanggapi Isu Pemulangan WNI Eks ISIS, Prabowo Vs Menag Fachrul Razi

Ia berpandangan dua kelompok ini masih dimungkinkan untuk dilakukannya rehabilitasi secara psikologis. 

Serta meminimalisir perdebatan yang dapat ditimbulkan di tengah-tengah masyarakat.

Ridlwan menambahkan, dalam keanggotaan ISIS baik wanita maupun pria memiliki kesamaan baik dalam pemahaman ideologi maupun skill berperang 

"Wanita nggak lemah, di ISIS itu wanita dan pria sama militannya, kemampuan mereka sama," bebernya.

Untuk itu, Ridlwan meminta pemerintah melakukan identifikasi secara menyeluruh terhadap WNI-WNI ini. 

"Misalkan kriteria wanita lemah itu dia sakit parah, atau usia diatas 50 sudah ada usia lanjut."

"Sedangkan untuk anak dibawah 10 tahun. Karena anak-anak di sana yang 14 tahun sudah besar dan bisa nembak, membongkar senapan mesin hingga membuat bom," kata Ridlwan. 

Berdasarkan data

Ridlwan menjelaskan opsi ketiga dengan memulangkan WNI eks ISIS yang berusia di bawah 10 tahun dan wanita lemah berdasarkan data yang ia peroleh.

"Kami menimbang data-data dan situasi di internal kementrian, lintas kementerian, dan BNPT sangat belum siap jia menerima semuanya."

"Tapi kemudian diterima secara selektif yang masih dimungkinkan dilakukan rehabilitasi," tandasnya.

Guru Besar UI Sebut Deradikalisasi WNI Eks ISIS Tak akan Berhasil: Kita Bicara Surga

Untuk itu pemerintah harus segera mempersiapkan tambahan tenaga terdiri dari satgas, dari komisi perlindungan anak, hingga psikolog handal.

"Sehingga mampu mengubah psikologi anak pascakonflik," imbuh Ridlwan.

Halaman
123