TRIBUNWOW.COM - Virus Corona yang mewabah di China diduga pengamat berasal dari kelelawar.
Oleh karena itu, warga kini diimbau untuk tidak mengonsumsi hewan liar tersebut.
Meski begitu, ada masyarakat yang tak menghiraukan anjuran itu karena mengonsumsi kelelawar dianggap sebagai tradisi.
• UPDATE Jumlah Korban Meninggal karena Virus Corona di China Naik Jadi 106 Orang, 4.500 Terinfeksi
Seperti yang diungkapkan Frangki Salindeho, warga Manado, yang menceritakan daging kelelawar atau paniki disukai cukup banyak orang termasuk dirinya.
Paniki biasa dihidangkan dengan bumbu santan atau rica-rica.
Daging kelelawar, disebut Frangki, memiliki rasa yang lezat, seperti daging ayam, dan menjadi menu wajib hampir di setiap acara ucapan syukur.
Dia mengatakan tidak akan meninggalkan makanan kesukaannya, meski telah mendengar informasi bahwa kelelawar diduga menjadi penyebab menyebarnya virus corona baru di Wuhan, Cina.
"Jelas tidak mempengaruhi karena paniki yang kami makan itu hewan yang makan buah-buahan."
"Itu tidak ada hal yang mengkawatirkan. Kalau ada paniki, kami tetap konsumsi," ujar Frangki pada wartawan di Manado, Ronny Buol, untuk BBC News Indonesia.
Di sisi lain, Angela Pangerapan, warga Tomohon, mengatakan untuk sementara waktu ia enggan memakan paniki karena khawatir akan penyebaran virus corona.
Angela mengatakan terakhir kali makan paniki saat perayaan tahun baru dan dia belum berencana memakannya lagi.
Dinas Kesehatan Kota Tomohon telah melakukan sosialisasi ke masyarakat mengenai penyebaran virus corona, ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Tomohon Isye Liuw.
Sosialisasi itu, ujar Isye, diberikan pula pada pedagang-pedagang di pasar hewan liar di Tomohon.
• China Sebut Virus Corona dari Satwa Liar, Bagaimana dengan Pasar Hewan Ekstrem di Manado?
"Kita sampaikan kalau boleh jangan dulu mengonsumsi (daging hewan liar)," ujar Isye.
Sementara itu, konsumen tongseng kelelawar, atau yang biasa disebut codot di Yogyakarta, tak berkurang, menurut pemilik warung makan di Yogyakarta Wanti.