Hasto menambahkan, partainya mendukung penuh proses hukum yang berjalan terhadap Harun Masiku.
Termasuk mendorong permintaan dari KPK supaya Harun Masiku segera menyerahkan diri ke lembaga antirasuah itu.
"Dorongan KPK kami dukung. Karena itu bagian dari kewenangan KPK," kata Hasto.
4. Korban framing
Kasus dugaan suap penetapan anggota DPR 2019-2024 yang melibatkan Politisi PDIP Harun Masiku dan Komisioner KPU Wahyu Setiawan turut menyeret nama PDIP.
Hasto pun merasa partainya menjadi korban atas framing kasus suap tersebut.
"Dalam konteks seperti ini justru kalau kita lihat dari berbagai framing yang dilakukan, PDIP menjadi sebuah korban dari framing itu," kata Hasto dalam acara Rakernas dan HUT PDIP ke-47 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (12/1/2020).
Hasto mengatakan, persoalan PAW ini sebenarnya sederhana. Bahwa undang-undang mengatur proses PAW sebagai kewenangan partai.
Tidak ada satupun pihak yang bisa menegosiasi aturan tersebut, baik partai politik maupun KPU.
Hasto justru heran, setiap kali partainya mengadakan kegiatan besar seperti Kongres atau Rakernas, pasti selalu muncul persoalan.
• Sebut Pola PAW Harun Masiku Mirip Mulan Jameela, Eks Komisioner KPU: Buat Apa Rakyat Diajak Memilih
Sesaat sebelum Rakernas I PDIP, Jumat hingga Minggu (10-12/1/2020), misalnya, Politisi PDIP Harun Masiku ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus suap yang juga menjerat Komisioner KPU Wahyu Setiawan.
Hal ini, kata Hasto, bukanlah kebetulan.
"Setiap kami mengadakan kegiatan-kegiatan besar seperti ini, sebagimana Kongres ke-IV, Kongres ke-V, Rakernas I, ada persoalan. Dan itu bukan sebuah kebetulan," ujarnya.
Oleh karena hal tersebut tak terjadi satu kali saja, menurut Hasto, partainya kini telah mempersiapkan diri.
"Karena itulah lahir batin kami telah menyiapkan diri karena tanggung jawab sebagai warga negara harus menjunjung hukum tanpa kecuali," ujarnya.
(Kompas.com/Fitria Chusna Farisa)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pembelaan PDIP soal Suap Wahyu Setiawan: Bantah Negosiasi hingga Klaim Korban Framing"