Terkini Internasional

2 WNI yang Disandera Abu Sayyaf Berhasil Diselamatkan, 1 Tentara Filipina Tewas dalam Baku Tembak

Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menggelar serah terima dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina yaitu Maharudin Lunani dan Samiun Maneu di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (26/12/2019).

Seorang tentara Filipina dan seorang anggota Abu Sayyaf tewas dalam baku tembak selama 30 menit di pegunungan Panamao di Pulau Jolo, Filipina.

Sementara itu, satu WNI lainnya yang juga menjadi sandera Kelompok Abu Sayyaf dikabarkan tertinggal dalam operasi militer yang dilakukan tentara Filipina bersama TNI dan BAIS.

Menurut pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, pemerintah perlu memperjelas keberadaan satu WNI yang hingga kini masih tersandera dan mengintensifkan upaya pembebasan terhadapnya.

"Semakin berlarut-larut operasi pembebasan itu akan berpotensi membahayakan keselamatan si sandera yang tersisa satu orang ini."

"Sehingga operasi militer tidak boleh dikendorkan, harus dilakukan semakin intens untuk memperbesar peluang si sandera bisa diselamatkan atau setidaknya kemungkinan si sandera dieksekusi sebagai bentuk pembalasan kelompok Abu Sayyaf bisa dihindari," jelas Fahmi.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pihaknya sudah melakukan komunikasi kembali dengan Menteri Pertahanan Filipina dan membahas mengenai upaya pembebasan satu sandera yang belum dibebaskan.

"Kita minta agar upaya pembebasan dengan selamat dapat juga segera dapat dilakukan dan Menhan Filipina mengatakan, akan bekerja sekeras mungkin untuk upaya pembebasan tersebut," jelas Retno.

Cerita Driver Pertama Gojek, Dulu Sering Antar Nadiem Makarim hingga Pernah Dikalungi Senjata Tajam

Kerjasama trilateral diperkuat

Sepanjang 2000-2019, sebanyak 39 WNI diculik oleh kelompok Abu Sayyaf di perairan Sabah, satu dilaporkan meninggal dunia dan seorang lagi masih disandera.

Mereka diculik saat melakukan aktivitas di laut sekitar Pantai Timur Sabah.

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu RI, Judha Nugraha tak memungkiri bahwa perairan Sabah merupakan lokasi "rawan" terjadi penculikan.

"Selama ini, daerah penculikan terjadi di perairan Sabah," jelas Judha.

"Perwakilan kita di Tawau dan KJRI kita di Kinabalu sealu memberikan himbauan kepada warga kita untuk berhati-hati untuk melaut. Bahkan, sebulan sebelum kejadian ini sudah ada himbauan," imbuhnya.

Supaya penculikan dan penyanderaan nelayan tak lagi terulang di masa mendatang, pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi pemerintah Indonesia untuk membenahi sistem keamanan di laut dan mengintensifkan kerjasama dengan Malaysia dan Filipina dalam menjaga keamanan perbatasan di laut.

"Ini persoalannya bukan hanya sekedar kelompok Abu Sayyaf agresif, tapi juga kita tidak serius dalam menutup celah-celah rawan, kemudian membenahi sistem keamanan di laut," tegasnya.

Halaman
123