Pilkada Serentak 2020

Hasil Survei Elektabilitas Gibran di Solo Masih Kalah dari Petahana, Begini Pembelaan PDIP

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Putra pertama Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, memberikan pidato politik di depan pendukungnya usai menyerahkan formulir pendaftaran bakal calon Wali Kota Solo 2010 ke kantor DPD PDIP Jawa Tengah, di Semarang, Kamis (12/12/2019). Gibran mendatangi kantor DPD PDIP Jateng dengan dikawal oleh ribuan pendukungnya. TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA

Dinar diketahui merupakan politikus PDIP. Kelima, yakni Paundrakarna Sukmaputra Jiwanegara atau Paundrakarna. Paundrakarna yang merupakan cucu Presiden Soekarno dan kerabat Mangkunegaran Solo itu meraih 40 persen.

Selain itu, ada 13 nama lain yang juga masuk dalam daftar terpopuler bursa calon wali kota Solo.

Nama-nama tersebut, yakni Ketua DPRD Kota Solo Budi Prasetyo, pengasuh Ponpes Al Quraniy Azzayadiy Solo Gus Kharim, pengacara Henry Indraguna dan mantan Rektor Universitas Sebelas Maret Ravik Karsidi.

Gibran Maju di Pilkada, Henry Indraguna Akui Siap Danai hingga Miliaran Rupiah jika Mau Lakukan Ini

Kemudian, aktor senior Slamet Rahardjo, Wakil Ketua DPRD Kota Solo Sugeng Riyanto, Ketua Kadin Solo Gareng S Haryanto, pengusaha Farid Sunarto dan Wakil Ketua DPD Golkar Kota Solo Taufiqurrahman.

Ada pula anggota DPRD Kota Solo PAN Achmad Sapari, Ketua DPD KNPI Solo Bambang Nugroho, pendiri PT Persis Solo Saestu (PSS) Her Suprabu dan putra Menhan Prabowo Subianto Didit Hediprasetyo.

"Tapi persentase ketigabelas nama itu masih di bawah 40 persen atau jauh di bawah lima nama yang paling populer di atas, " papar Rico.

Alasan masyarakat dukung Gibran

Survei yang digelar Median menunjukkan, mayoritas pemilih Gibran Rakabuming Raka pada Pilkada Solo 2020 mendasarkan pilihannya atas faktor sosok Gibran yang dinilai mewakili kaum muda.

"Tiga alasan responden memilih Gibran adalah karena muda (27,3 persen), karena putra Jokowi (18,5 persen), dan karena melihat sosok Gibran ini sebagai pengusaha kreatif (13 persen)," ujar Rico Marbun.

Hasil survei juga menunjukkan, Gibran unggul di kalangan pemilih pemula, yakni pemilih berusia 17-19 tahun dan 20-29 tahun.

Responden berusia 17-19 tahun yang memilih Gibran sebanyak 40 persen.

Sementara responden yang berusia 20-29 tahun sebanyak 45,8 persen.

Merujuk pada hasil survei itu, Rico menilai, apabila Gibran ingin elektabilitasnya meningkat, harus ada inovasi program dan kompetensi yang

"Tidak cukup hanya dengan dianggap muda saja. Tidak cukup hanya dengan dianggap bahwa beliau ini putra Pak Jokowi. Dia harus adu gagasan," tegas Rico.

"Harus meyakinkan bahwa dia memang bisa mengantarkan Solo lebih baik ketimbang Pak Achmad Purnomo, atau lebih baik ketimbang ayahnya (Jokowi)," tambah dia.

Selain Gibran, nama yang memiliki elektabilitas tinggi pada Pilkada Solo yakni Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo.

Berbeda dari Gibran, pemilih Achmad Purnomo dinilai cenderung rasional.

"Yang memilih petahana karena tiga faktor, pertama berpengalaman (42,5 persen), merakyat (8,3 persen), dan alasan belum ada calon lain (6,1 persen)," tutur Rico.

Sebut Pencalonan Gibran sebagai Aji Mumpung, Pengamat Politik Turut Sindir Bobby Nasution

Bukan politik dinasti

Sebagaimana diketahui, maunya Gibran di Pilkada Kota Solo mendapat respons dari berbagai pihak.

Salah satunya yang menyoroti perihal potensi politik dinasti dan nepotisme.

Namun, Rico Marbun mengatakan, mayoritas responden dalam survei terkait Pilkada Solo menganggap majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wali kota bukan merupakan bentuk politik dinasti.

Hal itu didukung dengan hasil survei yang mencatat pernyataan sebanyak 55,5 persen responden.

"Kemudian, sebanyak 41,6 persen responden setuju jika majunya Gibran di Pilkada Solo merupakan politik dinasti. Sisanya, yakni sebanyak 2,9 persen menyatakan tidak tahu," ujar Rico.

Jika dirinci secara lebih lanjut, kata Rico, ada tiga alasan utama responden menilai majunya Gibran bukan merupakan politik dinasti.

Sebanyak 41,3 persen responden berharap Gibran ke depannya bisa seperti ayahnya, Presiden Joko Widodo dalam memimpin Kota Solo.

Kemudian, sebanyak 19,4 persen responden menilai Gibran merupakan sosok yang masih muda.

Alasan ketiga, sebanyak 14,7 persen responden berharap Gibran bisa membawa perubahan untuk Kota Solo.

Kemudian, hasil survei Median juga mencatat sebagian besar responden pemilih pemula menganggap majunya Gibran bukan merupakan bentuk dinasti politik.

Hasil ini dilihat dari pernyataan 68,5 responden berusia 17-19 tahun, 70,3 persen responden berusia 20-29 tahun dan 63 persen responden berusia 30-39 tahun.

Sebaliknya, juga ada tiga alasan yang mendasari responden menilai majunya Gibran sebagai bentuk dinasti politik.

"Pertama, karena Gibran dinilai terlalu muda (23,4 persen), kedua dianggap sebagai bentuk nepotisme (18,9 persen) dan ketiga Gibran dinilai belum berpengalaman (18,9 persen)," jelasnya.

Kemudian, para pemilih usia tua mayoritas menganggap majunya Gibran di Pilkada Kota Solo merupakan bentuk dinasti politik.

Hasil ini dilihat dari pernyataan sebanyak 63 responden berusia 50-59 tahun dan 55,6 persen responden berusia di atas 60 tahun.

Jokowi dinilai berpengaruh

Rico Marbun mengatakan, kinerja Presiden Jokowi bisa memengaruhi elektabilitas Gibran Rakabuming Raka pada Pilkada Kota Solo 2020.

Hal ini merujuk hasil survei terhadap responden yang menyatakan mendukung Gibran di Pilkada Kota Solo.

"Jadi kami bisa mengatakan bahwa mungkin dalam sembilan bulan ke depan, kinerja Pak Jokowi akan memengaruhi pilihan (masyarakat) terhadap Gibran," ujar Rico.

Berdasarkan hasil survei Median, responden mendukung Gibran maju pada Pilkada Solo karena figur muda (27,3 persen), putra presiden (18,5 persen), dan punya kompetensi sebagai pelaku usaha kreatif (13 persen).

Jika dihadapkan pada elektabilitas calon wali kota petahana, Achmad Purnomo, menurut Rico, Gibran memiliki peluang untuk lebih unggul.

"Jangan lupa waktunya masih panjang, masih sembilan bulan ke depan sehingga (Gibran) masih bisa menyalip. Apalagi pemilih PDIP itu juga terbelah," ujar Rico.

Menurut dia, pemilih PDIP terbelah menjadi dua kubu, yakni yang cenderung struktural dan pemilih yang cenderung kultural.

Pemilih struktural, kata Rico, cenderung merujuk kepada calon-calon yang memiliki jabatan struktural di partai.

Sebaliknya, pemilih kultural merujuk kepada pengalaman sebelumnya.

"Kita tahu Pak Jokowi itu ya bukan pengurus teras PDIP, Gibran pun juga demikian, tetapi dia punya massa. Ini yang harus dipertimbangkan baik-baik oleh PDIP," ucap Rico.

Setelah Gibran, Kini Menantu Jokowi, Bobby Nasution Resmi Daftar Bakal Calon Wali Kota Medan

Tanggapan PDIP dan Gerindra

Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Politik dan Keamanan Puan Maharani tak mempersoalkan hasil survei Media Survei Nasional (Median) yang menunjukkan putra sulung Presiden Joko Widodo Gibran Rakabuming Raka menjadi kandidat yang tidak terpopuler di Pilkada Solo 2020 mendatang.

Puan mengatakan, penyelengaraan Pilkada masih cukup lama, yakni September 2020.

Sehingga, masih banyak waktu bagi Gibran untuk meningkatkan elektabilitas.

"Pilkadanya juga masih 2020 bulan September. Masih lama banget ini lho, ini pergantian tahun 2020 aja belum," kata Puan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/12/2019).

Puan menegaskan, saat ini Gibran tengah mengikuti mekanisme menuju Pilkada 2020 melalui PDIP.

Ia mengatakan, apabila Gibran lolos seluruh tahapan di internal partai, tentu tidak ada larangan putra sulung Presiden Jokowi itu maju dalam kontestasi Pilkada Solo.

"Kalaupun nanti mendapatkan rekomendasi, ya silakan rakyat yang memilih, bahwa memang calon yang dipilih calon pilihan rakyat. Itu aja. Itu hak warga negara untuk bisa maju," ujarnya.

Lebih lanjut, ketika ditanya apakah Partai Gerindra akan ikut mengusung Gibran dalam Pilkada Solo.

Puan mengatakan, partainya dan Gerindra akan berkomunikasi terkait hal tersebut.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, partainya akan mempertimbangkan ikut mengusung Gibran Rakabuming Raka dalam Pilkada Solo maupun Bobby Nasution pada Pilkada Medan.

Dasco mengatakan, dukungan itu bukan melihat status sosial Gibran dan Bobby yang merupakan anggota keluarga Presiden Joko Widodo.

Dasco mengatakan, keputusan Gerindra akan mendukung atau tidak mendukung Gibran dan Bobby bergantung pada hasil survei.

"Kita kan nanti parameternya survei," ujar dia di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/12/2019). (Kompas.com/Dian Erika Nugraheny)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Elektabilitas Gibran di Solo Masih Kalah dari Petahana dan Pembelaan PDIP "