Lantas, ia menganggap istilah politik dinasti itu merupakan bentuk diskriminasi pada mereka yang berasal dari keluarga politisi.
"Menurut saya kalau sampai kita gunakan frasa political dynasty ini untuk menyudutkan pihak-pihak yang lahir dari keluarga berpolitik, menurut saya itulah yang namanya diskriminasi," sambung Hillary.
Namun, anggapan berbeda disampaikan oleh Adi Prayitno.
Ia pun menganggap Jokowi melanggar ucapan yang disampaikan dalam banyak kesempatan.
Termasuk, pada kampanye Pilkada 2019.
"Menurut saya yang bikin dunia ini seakan runtuh karena Jokowi dalam banyak kesempatan dan dalam kampanye menyatakan bahwa tidak akan menyertakan keluarga besarnya dalam politik," kata Adi Prayitno.
"Itu yang menjadi perdebatan kenapa ada Bobby dan Gibran menjadi penting dalam diskursus dinasti politik."
Adi Prayitno pun menyinggung soal citra Jokowi yang dikenal sebagai presiden yang enggan mengikutsertakan keluarga dalam urusan politik.
"Pak Jokowi sejak awal karena dianggap sebagai presiden yang memiliki nilai pembeda dengan presiden-presiden sebelumnya yang mengajak keluarga menjadi bagian penting dalam politik," kata dua,
"Kalau mau kita sebut sebenarnya masuknya Bobby dan Gibran dalam lingkaran politik ini adalah bagian dari generasi keempat politik dinasti di Indonesia."
Simak video berikut ini menit 8.22:
Dipilih karena Faktor Emosi
Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun buka suara soal pencalonan putra pertama Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka pada Pilkada 2020.
Dilansir TribunWow.com, Rico Marbun pun mengungkap hasil survei Median yang menunjukkan Gibran masih kalah pamor dari pesaingnya di Pilkada Solo 2020, Achmad Purnomo.
Melalui tayangan YouTube Talk Show tvOne, Senin (16/12/2019), Rico Marbun menyebut Gibran belum memiliki kompetensi yang cukup untuk maju di Pilkada 2020.