TRIBUNWOW.COM - Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin mengatakan dirinya siap untuk melaksanakan eksekusi hukuman mati kepada koruptor sesuai pernyataan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Sebagai pelaksana undang-undang, Burhanuddin menegaskan dirinya tidak terbebani melakukan eksekusi mati.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Selasa (10/12/2019), Burhanuddin menjelaskan dirinya tidak memiliki beban untuk memberikan hukuman mati kepada terpidana kasus korupsi.
"Kami menjalankan undang-undang, enggak ada beban apa-apa, kita menjalankan UU, kenapa harus beban," kata Burhanuddin di Kompleks Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Selasa (10/12/2019).
Meskipun dirinya mengatakan siap untuk melaksanakan hukuman mati terhadap koruptor, ia menyebut masih ada kendala yang menghambat terlaksananya hukuman tersebut.
Berdasarkan Undang-undang Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), hanya ada dua tipe kejahatan korupsi yang dapat dikenakan hukuman mati, yaitu korupsi saat krisis ekonomi, dan korupsi saat kondisi bencana alam.
"Undang-undang kan belum mengatur itu. Ada hal-hal tertentu, kita dengan alasan tertentu, bisa (diterapkan hukuman mati)," tuturnya.
• Momen saat Jokowi Ditanya Siswa SMK soal Hukuman Mati bagi Koruptor
Sufmi Dasco Minta Jokowi Maklumi Korupsi Kecil-kecilan
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco ikut bersuara terakait penerapan hukuman mati bagi koruptor yang dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Sufmi Dasco mengatakan dirinya sepaham dengan Jokowi soal koruptor dikenakan hukuman mati.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Selasa (10/12/2019), namun Sufmi Dasco meminta agar Jokowi tidak menghukum mati seluruh oknum koruptor.
Ia mengatakan ada orang yang melakukan korupsi karena kekhilafan, dan korupsi tersebut juga dilakukan dalam skala kecil.
"Ya jangan disamaratakan. Kan juga ada kekhilafan ya... kecil-kecil gitu, lho," kata Dasco di DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Namun Sufmi Dasco kembali menyatakan sikapnya yang sejalan dengan kebijakan Jokowi menghukum mati koruptor.
Sufmi Dasco kemudian mencontohkan orang-orang yang mengkorupsi anggaran yang diperuntukkan oleh warga koban bencana alam.
Menurutnya hal tersebut adalah pelanggaran yang berat dan setuju agar tersangka korupsinya dihukum mati.
"Kalau itu saya setuju. Karena bencana alam adalah urgensi, ketika bencana alam, ada orang-orang yang susah dan menderita," kata Sufmi Dasco.
"Kalau kemudian bantuan atau pengelolaan anggaran itu dikorupsi, itu kelewatan. Saya setuju kalau itu," tambahnya.
Sufmi Dasco mengatakan pernyataan Jokowi adalah pernyataan tegas perang melawan korupsi.
Ia memuji keberanian Jokowi menyuarakan hal tersebut.
Kendati demikian, Sufmi Dasco tetap meminta Jokowi untuk berpikir ulang untuk pemberian hukuman mati terhadap seluruh koruptor, karena tidak menurutnya tidak seluruh koruptor memiliki beban pelanggaran yang sama.
"Warning yang keras itu merupakan suatu sinyal bahwa Pak Presiden tidak akan pandang bulu dan akan tegas memberantas korupsi," kata Dasco.
"Itu kita apresiasi walaupun mungkin untuk hukuman mati perlu kemudian ditimbang tingkat kesalahannya, seberapa berat yang dilakukan," tambahnya.
• Anggota DPR F-PKS Nasir Koreksi Jokowi soal Pernyataan Hukuman Mati Koruptor: Jangan Hanya Retorika
Jokowi Tegaskan Hukuman Mati untuk Koruptor
Presiden Joko Widodo (Jokowi) seusai menghadiri peringatan Hari AntiKorupsi Sedunia di SMK Negeri 57, Jakarta disinggung soal hukuman bagi para koruptor.
Dikutip dari tayangan YouTube tvOneNews, Senin (9/12/2019), presiden menyatakan apabila terdapat masukan dari masyarakat soal hal itu akan direalisasikan oleh pemerintah.
Namun hal tersebut tergantung pada keputusan dan mekanisme di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
• Jokowi Masih Pertimbangkan Penerbitan Perppu KPK, Sebut Hal Penting Dalam Penindakan Korupsi
"Itu yang pertama kehendak masyarakat, kalau masyarakat berkehendak seperti itu dalam rancangan UU pidana tipikor, itu (bisa) dimasukkan," papar Jokowi.
"Ya bisa saja kalau itu memang kehendak dari masyarakat, tapi tergantung yang ada di legislatif."
Sebelumnya terkait hukuman mati bagi para koruptor sempat disinggung oleh seorang siswa SMK bernama Harley Hermansyah dalam acara tersebut.
Saat itu Jokowi menghadiri pentas drama "Pentas Tanpa Korupsi" yang diselenggarakan di SMK Negeri 57, Pasar Minggu, Jakarta bersama sejumlah menteri.
Ia lalu meminta sejumlah siswa maju ke depan untuk mengajukan pertanyaan padanya.
Kesempatan itupun tidak disia-siakan oleh Harley Hermasyah.
Harley pun bertanya pada Jokowi mengenai penegakan hukuman yang tegas bagi koruptor saat acara peringatan Hari AntiKorupsi Sedunia yang diselenggarakan di sekolahnya.
"Kenapa negara kita dalam mengatasi koruptor tidak terlalu tegas? Kenapa tidak berani seperti di negara maju, misalnya dihukum mati?," tanya siswa kelas XII jurusan tata boga tersebut.
Mendengar pertanyaan Harley tersebut membuat seluruh siswa di ruangan itu bertepuk tangan.
Jokowi kemudian mengungkapkan hukuman mati bagi koruptor dapat dilakukan apabila ada undang-undang yang mengaturnya.
"Ya kalau di undang-undangnya memang ada yang korupsi dihukum mati itu akan dilakukan, tapi di UU tidak ada yang korupsi dihukum mati," jawab Jokowi.
• Main Drama, Wishnutama Pesan Bakso Spesial ke Erick Thohir, Singgung Oknum BUMN
Lihat video selengkapnya:
Jokowi Ungkap Alasan Gelar Pentas Drama Antikorupsi
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memberikan keterangan terkait alasan dirinya dan para metnerinya menyelenggarakan pentas drama di sekolah.
Pentas drama antikorupsi sengaja diselenggarakan di sekolah karena Jokowi melihat masa depan Indonesia ada pada tangan generasi muda Indonesia.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (10/12/2019), Jokowi mengatakan dirinya ingin memberikan kesadaran kepada bibit-bibit penerus bangsa Indonesia untuk sadar akan kejahatan korupsi.
Jokowi menginginkan penyebaran kewaspadaan akan kejahatan korupsi dilakukan secara menyeluruh dan masif.
"Kita ingin memberikan sebuah kesadaran besar mengenai antikorupsi, kesadaran antikorupsi ini penting, dan harus dilakukan secara besar-besaran, dan masif" jelas Jokowi.
Ia kemudian menjelaskan mengapa dirinya menyasar sekolah sebagai target penyelenggaraan pentas drama tersebut.
"Kenapa di sekolah, ada siswanya 50 juta murid, inilah yang harus menjadi target karena apapun demografik kita ke depan, anak-anak inilah yang akan mengisi negara ini, di titik-titik jabatan apapun," tutur Jokowi.
Karena masa depan Indonesia yang sangat bergantung kepada generasi muda, Jokowi ingin menanamkan budaya antikorupsi sedini mungkin.
"Oleh sebab itu kesadaran mengenai antikorupsi harus diberikan sejak dini, sejak awal, sehingga semuanya sadar korupsi itu tidak betul, korupsi itu tidak benar, korupsi itu tidak boleh dilakukan siapapun, penekanan itu yang ingin kita berikan," tegas Jokowi.
• Jadi Tukang Bakso di Pentas Drama, Erick Thohir Sentil Dirut yang Suka Titip Barang, Sindir Siapa?
Video dapat dilihat di awal
(TribunWow.com/Anung Malik/Fransisca Mawaski)