TRIBUNWOW.COM - Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies, Marwan Batubara menyebut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak serius menangani sejumlah dugaan kasus yang menyeret nama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Marwan Batubara menyebut Ahok seharusnya mengundurkan diri dari Pertamina dan menjalani proses hukum di KPK.
Diketahui, Ahok kini menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina.
Namun, terkait hal itu, Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga membantah pernyataan Marwan Batubara.
• Pengamat Ungkap Tugas Berat Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina, Singgung Praktik Mafia Migas
• Singgung Keahlian, Andre Rosiade Blak-blakan Minta ErickThohir Pecat Ahok jika Lakukan Ini
Dalam tayangan Indonesia Lawyers Club, Selasa (26/11/2019), mulanya Marwan Batubara mengimbau Ahok untuk mengundurkan diri dari Pertamina.
"Karena itu, mari Pak Ahok saya kira lebih bagus mundur," ungkap Marwan.
"Kalau enggak mau mundur, Pak Jokowi karena bukan beliau yang minta silakan ini diganti pak, lanjutkan dengan proses pengadilan, terimakasih," sambungnya.
Terkait hal itu, Presenter Karni Ilyas pun memberikan sebuah pertanyaan pada Marwan.
"Tapi Pak Marwan tidak keberatan dengan emosi (Ahok) ya? Semuanya itu kesalahan yang Pak Ahok enggak jadi pertimbangan?," tanya Karni Ilyas.
Menurut Marwan, dirinya tak terlalu mempermasalahkan karakter Ahok.
Namun, ia lebih menyoroti tentang permasalahan sang mantan gubernur yang menurutnya tak ditindaklanjuti.
"Itu bisa saja pak kalau kita bicara soal nilai-nilai moral, tapi itu kan bukan hal signifikan, kita kan bicara soal hukum dan keadilan," kata Marwan.
"Undang-undang dasar misalnya Pasal 1 mengatakan kita ini negara hukum, Pasal 27 mengatakan semua orang itu sama di hadapan hukum."
Lantas, Marwan menganggap KPK selama ini memperlakukan Ahok secara istimewa.
"Nah, Pak Ahok ini sudah mendapatkan keistimewaan dari KPK, dia dilindungi dari kasus korupsinya lalu dikampanyekan sebagai orang baik, punya integritas," jelas Marwan.
"Saya kira ini tidak bener, saya tidak mau itu, mimimal bagi saya lah, saya tidak bisa menerima itu."
• Ragukan Komitmen KPK, Marwan Batubara Ungkit Rekam Jejak Ahok, Terkena 12 Kasus Dugaan Korupsi
• Hukuman Ahok Telah Selesai, MUI Imbau Kegiatan Reuni 212 Tak Dilaksanakan Tahun Ini: Gak Penting
Namun, pendapat Marwan ini langsung dibantah oleh Arya Sinulingga.
"Kasus yang disebut tadi sama Bang Marwan Batubara ini adalah kasus yang masuk KPK," jelas Arya.
"KPK yang mengatakan tidak diteruskan, kita kan tahu KPK ini sangat independen," imbuhnya.
Lantas, Arya menyinggung soal sejumlah menteri Jokowi yang tertangkap oleh KPK.
"Menterinya Pak Jokowi kemarin berapa orang yang ditangkap?," tanya Arya.
"Artinya menterinya Pak Jokowi aja ditangkap, ditersangkakan, apalagi seorang Ahok? Siapa sih Ahok sampai KPK enggak berani seperti kata Bang Marwan tadi?," sambungnya.
Arya mengimbau Marwan Batubara untuk tak meragukan kinerja KPK sebagai lembaga antirasuah.
"Jangan nanti kita untuk hal-hal tertentu kita katakan KPK ini hebat, tapi kasus ini 'Ah udah dibeli dia'," ungkap Arya.
"Lah ini mana? Kita konsisten saja, KPK jelas-jelas mengatakan ini tidak ada korupsinya."
Lantas, Arya menyebut Marwan Batubara berhalusinasi dalam mengutarakan pendapat.
"Mereka tidak meneruskan kasusnya, tadi semua yang dikatakan oleh Bang Marwan itu adalah halusinasinya Bang Marwan," kata Arya.
Pendapat Arya itu pun memancing tepuk tangan penonton acara.
Lebih lanjut, Arya kembali mengimbau Marwan Batubara untuk tak berhalusinasi dalam menyampaikan pendapat.
"Jadi kaum milenial (bertanya) Bang Marwan ini dalam kondisi halu? Ini yang berbahaya kalau sudah dalam kondisi halusinasi," ujar Arya.
Simak video berikut ini menit 12.05:
Alasan Ahok Jadi Komut Bukan Direktur Pertamina
Basuki Tjahaja Purnama Alias Ahok resmi menjadi Komisaris Utama (Komut) PT Pertamina.
Menjadi narasumber di acara Sapa Indonesia Malam Kompas TV pada Senin (25/11/2019), Arya Sinulingga mengungkap mengapa Ahok didapuk menjadi Komut bukan Direktur Utama (Dirut).
Mulanya, Arya Sinulingga menjelaskan bahwa Pertamina merupakan perusahaan terbesar di Indonesia.
Sehingga, Pertamina membutuhkan orang-orang yang paling baik untuk mengelola perusahaan di bidang energi itu.
"Kita yang pasti mencari komposisi pengurus untuk Pertamina karena ini adalah BUMN strategis tidak hanya dari sisi keuntungan bagi negara karena kita tahu bahwa Pertamina adalah perusahaan yang terbesar juga di Indonesia."
"Atau BUMN terbesar di Indonesia sehingga kami mencari pengurus-pengurus yang terbaik saat ini gitu," terang Arya.
Namun, Arya menjelaskan bahwa orang-orang di Pertamina kini masih bekerja dengan baik.
"Baik untuk Komisarisnya dan Direksinya, bahwa kita melihat beberapa saat ini memang Pertamina kita lihat setelah kita evaluasi berada dalam track yang masih benar," ujarnya.
• Di ILC, Karni Ilyas Singgung Pengalaman Migas Ahok: Saya Pernah Jadi Komisaris, tapi 3 Bulan Mundur
• Pengamat Politik Hendri Satrio Duga Ada Pengalihan Isu soal Ahok: Jokowi Kenapa Care Banget sama BTP
Akibatnya, Pertamina saat ini lebih banyak membutuhkan Komisaris dibanding Direktur.
"Sehingga yang kami tambahkan di Direktur Keuangannya itu diambil dari Telkomsel gitu yah, itu pun sebenarnya karena Pak Pahala kita pindahkan ke BTN yang memang membutuhkan seorang Direktur Utama gitu," ucap Arya.
"Sementara yang banyak kita utak atik adalah di Komisarisnya," imbuhnya.
Lantas Arya menjelaskan mengapa Pertamina kini lebih banyak mencari komisaris.
Pasalnya, Menteri BUMN Erick Thohir disebutkan tengah mencari pengawas-pengawas.
"Kenapa di Komisarisnya, sama seperti yang kami sampaikan selalu sama saat ini adalah bahwa komisaris kita perkuat."
"Pak Erick Thohir sebagai Menteri BUMN selalu mengatakan mereka pengawas-pengawas di BUMN yang kita berikan kewenangan dari pemegang saham yaitu pemerintah adalah milik negara melalui Menteri BUMN itu menyerahkannya kepada Komisaris untuk melakukan pengawasan," terang Arya panjang lebar.
Namun, Ahok tak hanya satu-satunya yang direkrut sebagai Komisaris.
Adapula polisi bintang tiga untuk menjabat sebagai Komisaris.
"Tidak hanya Pak Ahok yang kita tempatkan di Pertamina, ada juga seorang polisi dengan bintang tiga, ini adalah tujuan kami supaya pengawasan di Pertamina betul-betul efektif," lanjutnya.
(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami/Mariah Gipty)