Kabar Tokoh

Rocky Gerung Ceritakan Dirinya Lewat Depan Gedung Kemendikbud, Beri Kritikan pada Spanduk Hari Guru

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat Politik, Rocky Gerung turut memberikan kritikan pada pemrintah saat Hari Guru.

"Kontroversi dari dunia pendidikan, kan presiden waktu pelantikan dia menganggap bahwa pendidikan di Indonesia itu bisa diselesaikan lewat fasilitas aplikasi," kata Rocky Gerung.

Padahal menurut mantan pengajar UI ini, masalah yang tengah dihadapi pendidikan Indonesia adalah masalah pemerataan pendidikan.

"Padahal problem pendidikan kita justru ketimpangan kecerdasan di daerah karena ada hubungannya dengan kesehatan yang buruk, enggak stabil, itu enggak mungkin dijadikan algoritma," kata Rocky Gerung.

Menurutnya, standar pendidikan di berbagai kota di Indonesia itu berbeda-beda.

"Kalau dikatakan harus ada standar pendidikan, di mana mau dijadikan standar pendidikan? Di Jakarta, menengah misalnya di Solo? Atau yang ada di Bau-bau, jadi ada kesulitan di bidang-bidang itu," jelasnya.

Lantas, pria lulusan UI ini menduga ada politik bagi-bagi kursi di Kabinet Jokowi.

"Bidang-bidang lain juga alami hal yang sama karena presiden taruh orang, karena dipesan untuk di situ, bukan karena pengetahuan dia dari orang itu," katanya.

Lantas, ia kembali menyinggung Nadiem Makarim.

Rocky Gerung menilai penunjukkan Nadiem Makarim oleh Presiden Jokowi hanya faktor personal.

• Kritisi 2 Menteri Jokowi, Menag dan Menkopolhukam Mahfud MD, Rocky Gerung: Bukan Nakut-nakuti Orang

"Kan dia enggak punya pengetahuan tentang itu, dia punya kesenangan. Dengan Nadiem dia senang bahwa Nadiem bisa memperlihatkan potensi Indonesia masuk ke 4.0 ," kata dia.

Tak berhenti di sana, Rocky Gerung menilai bahwa kebijakan-kebijakan yang modern belum tentu bisa sesuai atau akan susah diikuti oleh sekolah-sekolah di daerah-daerah pelosok.

"Tapi itu juga berbahaya, sebab pendidikan Indonesia tidak dirancang untuk menghasilkan robot yang diatur kurikulumnya secara algoritnis."

"Jadi lokal konten itu pasti enggak mungkin fit in (cocok) dengan suasan pendidikan di Ibukota," papar dia.

Lihat videonya sejak menit ke-4:00:

(TribunWow.com/Mariah Gipty)