Namun, pihak Amerika Serikat tak pernah menjelaskan secara pasti mengapa saat itu menolak kedatangan Prabowo Subianto.
Sedangkan, Prabowo Subianto pernah mengatakan pada surat kabar asal Inggris, Reuters bahwa ia ditolak masuk ke Amerika Serikat karena tuduhan pelanggaran HAM.
Ia dituduh ikut andil dalam menghasut kerusuhan hingga menewaskan ratusan orang setelah penggulingan Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto.
Sehingga, Prabowo Subianto secara tegas membantah tuduhan itu.
Sementara itu, Dilantiknya Prabowo Subianto mengundang kritik Pengamat dari Amerika Serikat.
Satu di antaranya yakni Brian Harding Wakil Direktur Center for Strategic and International Studies, Washington, Amerika Serikat, yang mengaku kecewa akan keputusan tersebut.
Dilansir TribunWow.com dari video yang diunggah kanal YouTube VOA Indonesia pada, Rabu (23/10/2019), kekecewaan itu didasari atas rekam jejak masa lalu Prabowo yang tersandung kasus Hak Asasi Manusia (HAM).
• Berbeda, Sebelumnya Kritik soal Menhan Pilihan Jokowi, Projo Kini Puji Prabowo Patriot Sejati
"Sedikit mengecewakan melihat Prabowo kembali memiliki kekuatan di pemerintahan," jelas Brian.
Brian mengatakan, langkah Jokowi merangkul Prabowo dan pensiunan jendral-jendral militer, menggambarkan kekhawatiran Jokowi akan keselamatan dirinya.
"Menggandeng Prabowo, badan-badan keamanan, dan pensiunan jendral-jendral militer, mencerminkan bahwa Jokowi Khawatir akan keamanan dirinya sendiri yang selalu dalam ancaman," tambah Brian.
"Sangat luar biasa, setelah lima tahun berkuasa, Jokowi masih belum bisa tenang berada dalam kandang singa di Jakarta," ujarnya.
Pendapat yang sama disampaikan oleh Zachary Abuza, Professor di National War College, di Washington, DC.
Zachary menyatakan saat ini Jokowi sedang menghadapi banyak tantangan.
"Dia (Jokowi) sedang menghadapi banyak masalah yang datang dari segala arah," kata Zachary.
"Dia tidak mengira dirinya akan diprotes besar-besaran oleh kelompok pendukungnya sendiri," sambungnya.