TRIBUNWOW.COM - Nopi alias Acik, otak pembunuhan terhadap Apriyanita (50), PNS Kemetrian PU Pelembang kini masih dalam pengejaran pihak kepolisian.
Diketahui, jasad Apriyanita ditemukan dalam kondisi berseragam lengkap dan dicor semen di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kadang Kawat, Palembang, Jumat (25/10/2019).
Sebelum ditemukan tewas, Apriyanita sempat dikabarkan hilang selama 16 hari.
Tersangka Acik merupakan pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang gali kubur di TPU Kandang Kawat.
• Dapat Upah Rp 4 Juta, Pembunuh PNS PU yang Mayatnya Dicor Mengaku Dipaksa: Saya Enggak Punya Pilihan
• Pengakuan Pembunuh Apriyanita, PNS PU yang Mayatnya Dicor: Kasih Minum Air Dicampur Obat Tetes Mata
Dilansir TribunWow.com dari Kompas.com, Jumat (25/10/2019), hal itu disampaikan oleh tersangka lainnya, Ilyas Kurniawan (26).
Sebelum menghabisi nyawa wanita 50 tahun itu, Acik disebut Ilyas sempat menemuinya di sekitar TPU Kadang Kawat.
Kala itu, Acik mengajak Ilyas untuk menemui seseorang di suatu tempat.
Ia dan Acik lantas dijemput oleh sebuah mobil yang dikendarai oleh tersangka lainnya, Yudi Tama Redianto (41).
"Waktu ketemu itu, saya langsung disuruh masuk mobil sama Acik," ujar Ilyas.
Ilyas mengaku tak mengetahui apa maksud Acik mengajaknya pergi.
Hingga saat masuk dalam sebuah mobil, ia melihat sesosok wanita dalam kondisi lemas tak berdaya.
Wanita itu disebutnya masih menggunakan seragam PNS lengkap.
Melihat kondisi wanita itu, Ilyas mengaku sempat gugup.
Namun, ia dipaksa Yudi dan Acik untuk menjerat leher korban.
"Saya tidak ada pilihan. Mereka memaksa saya," kata Ilyas.
Setalah korban tewas, Ilyas langsung diantarkan pulang ke rumah oleh Yudi.
Sedangkan Acik yang membawa jasad korban diturunkan di pemakaman.
Mendapat upah sebesar Rp 4 juta, Ilyas mengaku menggunakan uang tersebut untuk mabuk-mabukan.
Ia mengaku sudah pasrah dengan apa yang dilakukannya, menghabisi nyawa orang.
"Semua uangnya saya habiskan foya-foya. Beli minum, tidak saya berikan ke keluarga," kata Ilyas.
Sebelum menghabisi nyawa korban, tersangka Yudi memberikan minuman yang telah dicampur dengan obat tetes mata.
Yudi mengaku memberikan minuman tersebut agar korban lemas dan tak berdaya ketika akan ia bunuh.
Hal itu pun terbukti, korban lemas dan tak berdaya setelah meminum minuman tersebut.
"Sebelum menjemputnya di rumah, saya beli minum dan obat tetes mata dulu di jalan," ucap tersangka, Jumat (25/10/2019).
"Lalu saya campurkan dan diletakkan di dasboard mobil."
Melihat kondisi korban, tersangka langsung menjemput sang paman bernama Novi alias Acik untuk melakukan pembunuhan.
Acik dibantuk dua rekannya membunuh korban dengan cara menjerat dari belakang leher wanita berusia 50 tahun itu.
Setelah dipastikan tewas, korban langsung dibawa komplotan pembunuh itu ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kandang Kawat untuk dikubur.
Tersangka mengaku tak mengetahui bahwa jasad korban dikubur dengan cara dicor.
Namun, ia menyebut kala itu Acik bertugas menurunkan jasad korban dari mobil.
Sementara pembunuh bayaran langsung diantarkannya pulang ke rumah masing-masing.
"Aci yang menguburkan, saya tidak tahu bagaimana dia menghuburkannya," ujar tersangka.
"Dicor itu juga saya tidak lihat karena kondisinya malam hari."
Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Sumsel AKBP Yudhi Suwaryadi menyebut saat ditemukan korban dalam posisi berseragam PNS.
Saat ditemukan, korban disebut Yudhi dalam kondisi kaki terikat.
"Kondisi korban masih mengenakan baju. Kaki korban juga terikat tali," ucap Yudhi.
Pesan Terakhir Korban sebelum Ditemukan Tewas
Dilansir TribunWow.com dari TribunSumsel.com, Sabtu (26/10/2019), adik ipar korban, Fety Madiyana menyebut satu di antara tiga pelaku adalah mantan teman sekantor korban.
"Satu pelaku itu teman Ayuk," ucap Fety, Jumat (25/10/2019).
"Dia dahulu satu kantor dengan Ayuk dan statusnya honorer."
Menurut laporan diketahui bahwa Fety terakhir kali berhubungan dengan korban melalui telepon.
Lewat telepon korban berkata "Tunggu sebenatar Fety, agek (nanti) ada yang nak (ingin) aku omongi samo kau. Sekarang aku mau menemui pak lurah, Ado yang nak ditandatangani."
Setelah menyampaikan pesan tersebut kepada Fety, korban pun mematikan teleponnya.
Sejak saat itulah Apriyanita tidak bisa dihubungi kembali oleh Fety dan keluarganya.
• Terungkap Motif Pembunuhan PNS Kementerian PU, Jasad Ditemukan dalam Kondisi Dicor di Tanah Makam
• Awal Mula Kasus PNS PU Dibunuh lalu Jenazahnya Dicor di Makam, Pelaku Sempat Berbisnis dengan Korban
Tahu bahwa Apriyanita tak bisa dihubungi, Fety pun berinisiatif mencari keberadaan korban.
Berdasarkan keterangan para saksi terakhir kali korban terlihat saat tengah menaikki kijang Inova berwarna hitam bersama seorang pria yang diduga berinisial YT atau Yudi Thama.
Saksi mata menjelaskan bahwa korban sempat berkata "Tunggu dulu ada yang tertinggal", kemudian Apriyanita pun masuk ke dalam rumah.
Mobil yang dinaikki oleh korban itu juga sempat berputar-putar di sekitaran rumah Apriyanita.
Dari laporan tersebut juga diketahui bahwa ada sebuah bukti transfer sebesar Rp 145 juta dari rekening korban ke rekening bank Mandiri atas nama Yudi Thama.
Kasubdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Sumsel AKBP Yudhi Suwaryadi mengatakan pihaknya telah menerima laporan bahwa korban telah diculik.
"Kami mendapatkan laporan jika korban diculik. Hari ini baru kami temukan," ujar Yudhi pada Jumat (25/10/2019), dikutip dari Kompas.com.
"Jenazah Apriyanita ditemukan saat menggali di kedalaman 50 sentimeter dari atas makam. Petugas sempat kesulitan untuk mencari keberadaan korban."
"Kondisinya korban dicor oleh pelaku untuk menghilangkan jejak. Korban itu dikuburkan di kawasan TPU," sambungnya.
Situasi Pemakaman Korban
Jasad Apriyanita dimakamkan di TPU Kamboja Palembang, Sabtu (26/10/2019).
Pemakaman jasad korban diiringi isak tangi keluarga.
Feti menyebut kakaknya merupakan sosok yang sangat peduli pada keluarga.
"Saya anak ketiga, almarhumah anak kedua. Kami lima bersaudara," ucap Feti, Sabtu (26/10/2019).
"Almarhumah orangnya tidak neko-neko, kalau ada masalah kami saling cerita. Dia sangat memikirkan keluarga."
Dikatakan Feti, suami korban juga telah meninggal dunia sejak 2011 lalu.
"Almarhumah menikah tahun 2011, satu tahun kemudian suaminya meninggal dan tidak menikah lagi sampai sekarang," imbu Feti.
Terkait pembunuh kakaknya, Feti berharap para tersangka mendapatkan hukuman yang setimpal.
"Mereka harus mendapatkan hukuman setimpal. Hukuman mati sangat pas untuk mereka," ujarnya. (TribunWow.com)