Buzzer Medsos

Sebut Jumlah Buzzer Semakin Banyak, Dahnil Anzar: Pemimpin dan Politisi Kita Tak Berkualitas

Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jubir Partai Gerindra, Dahnil Anzar Simanjuntak

"Apa yang dia (buzzer) sebarkan tidak ontentik dari dari pemikiran dia, gagasan dia, sedangkan influencer (dari) gagasannya idenya," ucap Dahnil Anzar.

Ia menambahkan, saat ini di media sosial jumlah buzzer lebih banyak dibandingkan dengan influencer .

Dahnil Anzar menilai fenomena tersebut menunjukkan politisi di Indonesia tidak berkualitas.

"Masalahnya kenapa kemudian buzzer kita lebih ramai ketimbang influencer bagi saya ini adalah sinyal bahwasanya percakapan dan perilaku politisi kita memang tidak berkualitas," kata Dahnil.

Ia menyatakan, semakin maraknya buzzer di media sosial juga menunjukkan pemimpin di Indonesia yang tidak memiliki kualitas yang baik. 

"Pemimpin kita tidak berkualitas, kenapa lebih banyak buzzer ketimbang influencer, kenapa?," ujar Dahnil Anzar.

Dahnil Anzar menganggap saat ini pengguna media sosial cenderung tak menggunakan gagasan dan pemikiran sendiri saat menyampaikan informasi.

"Karena penguna social media sedikit yang bisa memproduksi ide dan gagasan yang otentik, kita butuh ontetisitas, kita butuh originalitas, ini tidak diproduksi," tutur Dahnil Anzar.

Tegas Nyatakan Perbedaan Jurnalis dan Buzzer, Budi Setyarso: Mereka akan Melakukan Kroscek Dulu

Soal Awal Mula Buzzer, Dahnil Anzar: Itu karena Pemerintah dan Politisi Miskin Prestasi

Ia menilai hal itu juga memicu munculnya buzzer.

"Akhirnya yang terjadi ada pesanan dari pihak-pihak lain untuk meng-spraid apa yang menjadi pesan dan kepentingan mereka, " tutur Dahnil Anzar.

"Itu yang kita sebut dengan propaganda, yang muncul dan banyak muncul di sosial media adalah propaganda."

Dahnil Anzar menambahkan, kini majalah Tempo mendapat banyak serangan karena menyampaikan informasi yang tak sesuai dengan orang yang berkepentingan.

"Kill the messenger, Tempo kan habis-habisan hari ini, kill the messenger, kenapa?," ujar Dahnil Anzar.

"Karena tidak sesuai pesannya dengan kepentingan orang yang merasa dirugikan di situ."

Ia lantas menyinggung kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin saat pilpres 2019 lalu.

Halaman
123