TRIBUNWOW.COM - Supendi (50), petani asal Serang bercerita kisahnya yang ikut menyuarakan aspirasi di depan gedung DPR, Selasa (24/9/2019).
Supendi tampak berdiri tegak di antara massa yang sama-sama ingin menyuarakan aspirasi.
Ia juga turut membawa bendera bendera Serikat Petani Indonesia (SPI) di tangan kanannya.
• Dalam Aksi, Mahasiswa Singkirkan Pagar Berduri dan Panjat Pagar Gedung DPR
Sesekali petani berusia 50 tahun ini teriak mengikuti seruan orator yang sedang membakar semangat massa di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (24/9/2019).
Namun tidak jarang dia hanya diam melamun melihat orator teriak sana sini dengan pengeras suara.
Sesekali dia mengernyitkan dahi seraya menahan tajamnya sinar matahari ke arah mata.
Maklum saja, siang itu sangat panas.
Bajunya pun tampak lembab di bagian belakang karena cucuran keringatnya.
Dia memang tidak datang untuk beorasi, dia juga tidak naik ke atas mobil komando, tetapi Supendi datang dengan harapan besar.
• Aksi Demo Mahasiswa hingga Jebol Gerbang Kantor Gubernur Jateng, Ini 7 Tuntutan pada Pemerintah
Dia berserta 30 petani lainnya membawa harapan agar masalah mereka bisa diselesaikan sang Wakil Rakyat.
Jauh-jauh datang dari Serang, dia harus berangkat pukul 23.00 malam, Senin (23/9/2019).
Dengan dua mobil yang berisi 30 orang, mereka menyusuri Ibu Kota, bergabung dengan mahasiswa untuk suarakan keadilan.
Mereka mengeluh lantaran tanah yang ditempatinya di Serang diklaim sebagai milik AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia).
Awalnya tanah yang mereka tempati adalah milik kolonial Belanda saat masa penjajahan.
• Mahasiswa Jebol dan Injak-injak Kawat Berduri, Paksa Masuk ke Gedung DPR
Namun setelah merdeka, mereka tidak bisa memiliki tanah tersebut hingga akhirnya diklaim oleh pihak lain.
"Kita kan sekarang sudah merdeka, makanya tanah sekitar 600 hektar itu dikuasai diklaim AURI. Masyarakat hanya sekadar menduduki tanpa status," ucap dia.
Keadaan tersebut sudah dialaminya sejak lahir.
Rasanya seperti tinggal di teras rumah orang.
"Kita seperti menumpang di rumah orang," ujar dia.
Bagi dia, momentum demo mahasiswa ini merupakan celah untuk menyuarakan aspirasinya.
Momentum bagi kaum mereka yang tidak mengerti hukum guna menuntut keadilan.
• Perjuangan Ratusan Mahasiswa Semarang demi Demo Tolak RKUHP, Berangkat Malam hingga sempat Ditilang
"Kalau soal Undang Undang saya buta, saya enggak tahu apa-apa soal hukum. Saya ke sini hanya mau menuntut hak saya," kata dia polos.
Dia juga sadar betul banyak yang ditinggalkanya demi mengikuti demo ini.
Anak, istri, sawah yang harus dia garap pun ditinggal dalam sehari.
Semua demi harapan agar aspirasi didengar.
Meskipun tidak ada jaminan.
Suara Supendi di depan gerbang bisa didengar wakil rakyat yang sedang duduk nyaman di dalamnya.
"Saya rela meninggalkan keseharian saya, saya akan menuntut hak saya," tutup dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Petani dari Serang, Gabung dengan Mahasiswa Cari Keadilan di Depan Gedung DPR".