Terkini Nasional

Profil Ridwan Saidi Budayawan yang Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif, Pernah Jadi Anggota DPR RI

Penulis: Ifa Nabila
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Budayawan Ridwan Saidi.

TRIBUNWOW.COM - Budayawan Betawi, Ridwan Saidi sempat menyebut Kerajaan Sriwijaya hanyalah fiktif dan kini pernyataan tersebut menuai protes dari berbagai kalangan.

Sebelum menjadi budayawan, ternyata Ridwan Saidi pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.

Dikutip Kompas.com dari buku Biografi Politikus dan Budayawan Ridwan Saidi, pria berambut gondrong ini lahir pada 2 Juli 1942.

Ridwan Saidi hidup di Gang Arab No. 20, Sawah Besar, Jakarta Pusat dan merupakan putra pasangan Abdurrahim dan Muhaya.

Ridwan Saidi adalah anak bungsu dari empat bersaudara dan ketiga kakaknya adalah perempuan.

Ridwan Saidi Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif dan Prasasti Tiruan, Arkeolog: Tidak Mengakui Indonesia

Pada 1977, Ridwan Saidi menikahi Yahma Wisnani yang kemudian dikaruniai lima orang anak, Syarifah Jihan Marina, Syarif Razvi, Rifat Najmi, Ferhat Afkar, dan Shanin Maulanan.

Pria yang gemar berpeci hitam ini adalah mengambil jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Indonesia pada tahun 1976.

Selama kuliah di UI, Ridwan Saidi aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan menjadi Ketua Umum PBHMI 1974-1976.

Di tahun pernikahannya, Ridwan Saidi mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari PPP.

Ridwan Saidi tercatat aktif dalam dunia politik asional hingga tahun 1987.

Anggap Pemindahan Ibu Kota Hanya Fiktif, Ridwan Saidi: Cepet Pindah, Kalau Bisa Besok Subuh

Setelah itu, Ridwan Saidi fokus untuk mengamati masalah-masalah kebudayaan Betawi.

Pernyataan kontroversial Ridwan Saidi soal Kerajaan Sriwijaya fiktif diucapkan dalam wawancara dengan Vasco Ruseimy dalam kanal YouTube Macan Idealis, Minggu (25/8/2019).

Ridwan Saidi mengawali kisah penemuan Kerajaan Sriwijaya adalah fiktif dengan kisah seorang pengelana bernama Yu Jing pada abad ketujuh.

"Kaisar Tiongkok pada saat itu memanggil Yi Jing, Yi Jing adalah seorang pengelana," ujar Ridwan Saidi.

• Viral Ridwan Saidi Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif, Berikut Fakta dan Bantahan dari Ahli

Budayawan Ridwan Saidi dan Vasco Ruseimy. Ridwan Saidi sebut Kerajaan Sriwijaya hanyalah dongeng. (YouTube Macan Idealis)

Menurut Ridwan Saidi, saat itu Yi Jing diminta raja untuk mencari tahu keberadaan Kerajaan Sriwijaya yang disebut menenggelamkan kapal dagang milik Tiongkok.

"Yi Jing itu diminta oleh raja untuk mencari di mana lokasi Sriwijaya, karena kapal dagang Tiongkok semua terbenam di laut, di sekitar Teluk Benggala sampai Selat Malaka," ujarnya.

Akhirnya Yi Jing menghabiskan 25 tahun hidupnya untuk mencari keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Sesampainya di Kedah, Malaysia, Yi Jing diberitahu penduduk asli bahwa Kerajaan Sriwijaya tidak ada dan hanya nama bajak laut.

"'Yi Jing, Sriwijaya punya kerajaan itu tak adalah di dekat sini, itu adalah di Koromandal, Pantai Timur India'," kata Ridwan Saidi menirukan perkataan orang Kedah.

"'Itu adalah bukan kerajaan, itu adalah bajak laut'," imbuhnya.

• Dianggap Ngawur, Budayawan Ridwan Saidi Terancam Dipolisikan karena Sebut Sriwijaya Kerajaan Fiktif

Akhirnya Yi Jing pergi ke Koromandal bertemu dengan suku Wijaya Raya yang ternyata memang benar menenggelamkan kapal Tiongkok.

"Yi Jing pergi ke Koromandal, ia berjumpa dengan orang Wijaya Raya, suku bangsanya namanya Wijaya Raya."

"Yi Jing meng-interview mereka, mereka mengaku memang mereka mengganggu kapal-kapal Tiongkok," terang Ridwan Saidi.

Setelah kembali melanjutkan perjalanan, Yi Jing sampailah di Champa yang ternyata memiliki ibu kota bernama Wijaya atau Sriwijaya.

Diketahui, saat ini Champa adalah negara Vietnam.

"Champa ibu kotanya Wijaya, mereka mengatakan Sriwijaya, Wijaya yang manis, Sri kan artinya manis, yang indah," tuturnya.

• Ternyata Ini Alasan Natalius Pigai Tentang Keras Hukuman Kebiri, di ILC: Dengar Dulu, Kami Sampaikan

Soal prasasti Kerajaan Sriwijaya yang ada di Indonesia, Ridwan Saidi menyebutnya hanya tiruan.

"Mereka membuat prasasti, prasasti sekitar tujuh yang ditemukan di Sumatera bagian selatan dan Bangka, itu prasasti kembaran."

"Jadi ada prasasti dibikin dua kopi kalau kayak kita, (ditaruh) di daerah Sumatera bagian selatan, Jambi, dan Bangka. Itu karena di situ ada komunitas Champa," terangnya.

Ridwan Saidi menyebut prasasti itu dibuat kopiannya di Indonesia dengan tujuan agar orang Champa yang ada di sana tetap mengingat nenek moyangnya.

Berikut video lengkapnya (menit ke-2.05):

(TribunWow.com/Ifa Nabila)

WOW TODAY: