Ibu Kota PIndah

Tanggapi soal Pemindahan Ibu Kota, Fahri Hamzah Bandingkan Washington DC seperti DKI Jakarta

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menanggapi rencana pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memindahkan ibu kota dalam program Indonesia Lawyers Club, Selasa (20/8/2019).

TRIBUNWOW.COM - Wakil Ketua DPRI RI Fahri Hamzah bereaksi soal kabar pemindahan Ibu Kota yang akan dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Fahri Hamzah mengkritik keinginan Jokowi tersebut.

Hal itu disampaikan Fahri Hamzah saat menjadi bintang tamu pada acara 'Indonesia Lawters Club' dengan tema #ILCPerlukahIboKotaPindah' di TV One, Selasa (20/8/2019) malam.

Fahri Hamzah menilai, DKI Jakarta merupakan roh dari Indonesia.

Demi menguatkan opininya, ia lantas menggambarkan Jakarta seperti Ibu Kota Amerika Serikat, yakni Washington DC.

Fahri Hamzah Sebut Jokowi 5 Tahun Terjebak Kurungan Feodalisme: Menurut Saya Dia Menikmati, Dijebak

Fahri Hamzah bercerita bahwa Presiden Sukarno pernah berkunjung ke Amerika Serikat pada sekitar 1956-an.

"Tapi Bung Karno saya ingat, tahun 56 Bang Ridwan diundang oleh Amerika Serikat sekitar bulan Mei-Juli."

"Dia keliling itu Washington DC mulai dia apa namanya, ke mana-mana," cerita Fahri Hamzah.

Lantas, Fahri Hamzah meminta agar Indonesia bisa belajar seperti Amerika Serikat.

"Dia berkeliling dan kemudian saya ingin belajar ide tentang Amerika. Ya karena Amerika itu adalah
satu kesatuan ide."

"Ini pidato Bung Karno sejak lama ini, Indonesia bukan saja satu kesatuan geografis. Indonesia adalah satu kesatuan ide, satu kesatuan perasaan," lanjut Fahri Hamzah.

Soal Ibu Kota Baru, Fahri Hamzah Sebut Feodalisme: Jokowi Tak Bisa Diseret dalam Standar Berpikir

Fahri Hamzah menjelaskan, bahwa semua bangunan-bangunan bersejarah dan penting di Amerika Serikat berada di Washington.

"Dan ini yang harus dipelajari dan menumpuk di Jakarta."

"Karena kemudian Bung Karno melihat konsepsi Washington DC itu yang luasnya kira-kira cuman 17x10 kilometer."

"Lahirlah istana di situ, lahirlah gedung parlemen yang sebenarnya Gedung Konefo lalu saya pernah tuh ngumpulin arsitek-arsitek tua kota Jakarta," paparnya panjang lebar.

Halaman
12