percepatan advanced-teknologi yang sedang berlangsung dan mengakibatkan multi-changed,
unpredictable developments yang membuahkan wild future — yang tidak bisa direspon hanya dengan 'resolusi rendah' paradigma pembangunan seperti yang sekian periode ini menjadi ciri pengelolaan kepemerintahan NKRI.
Ditambah kondisi mental dan budaya bangsa Indonesia yang secara simultan mengalami degradasi dan devaluasi kwalitatif sedemikian rupa —
maka siapapun yang menjadi Pemerintah NKRI pasca April nanti —
jika tanpa kesadaran husnul khatimah — akan jauh dari prestasi 'menorehkan tinta emas sejarah'," tulis Cak Nun.
• Jawab Desas-desus di Masyarakat, Mantan Gubernur Jateng Rustriningsih Akui Dukung Prabowo-Sandi
Lebih lanjut, Cak Nun mengungkapkan bahwa satu di antara pijakan husnul khatimah bagi masa depan Indonesia adalah menemukan kembali pengetahuan, bahwa bangsa ini memiliki kebesarannya sendiri, dibanding negara lain.
Ia juga mengingatkan agar pemerintahan yang akan datang berhenti dari kecengengan dan gimmick pembangunan, serta membuang bibit-bibit permusuhan politik.
"Pemerintah Indonesia perlu menimbang ulang dan merumuskan kembali etos kepemimpinannya agar bisa menakar keseimbangan pembangunannya,
kebijaksanaan arah masa depannya, serta berhenti dari kecengengan dan gimmick pembangunan,
serta membuang segala jenis kekerdilan politik, yang selama ini menjadi sumber permusuhan,
kebencian dan pertengkaran-pertengkaran yang mubadzir dan hampir merupakan 'bunuh diri kebangsaan'," sambung Cak Nun.
• Soal Jatah Menteri jika Prabowo-Sandi Terpilih di Pilpres, PKS: Belum Ada Pembicaraan Lanjutan
Diketahui, pesta demokrasi Indonesia akan digelar pada 17 April 2019 mendatang.
Dalam kesempatan ini, rakyat Indonesia memilih presiden beserta wakilnya, dan para perwakilan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Terdapat 20 partai yang berkontestasi, yakni 16 partai nasional dan 4 partai lokal.
Berikut daftar dan nomor urutnya: