TRIBUNWOW.COM - Fakta-fakta penting yang menjadi kunci peristiwa pembunuhan Siti Zulaeha Djafar yang dilakukan Wahyu Jayadi masih terus diburu polisi.
Diketahui Wahyu membunuh korban di dalam mobil Daihatsu Terios milik korban yang terparkir di pinggir jalan di daerah Kabupaten Gowa, Makassar, Sabtu (21/3/2019).
Dikutip TribunWow.com dari TribunGowa.com, kali ini pada Senin (25/3/2019), polisi sedang mencari satu bukti yakni bukti baru terkait percakapan Wahyu Jayadi dan Sitti Zulaeha Djafar.
Kapolres Gowa AKBP Shinto Silitonga menjelaskan polisi berusaha mengungkap jejak percakapan antara Wahyu Jayadi dengan Siti Zulaeha Djafar melalui operator layanan telepon.
Namun hal itu belum bisa dilakukan oleh kepolisian lantaran sesaat setelah membunuh korban, pelaku merusak HP korban yakni iPhone X dengan batu berulang kali.
Pelaku yang sempat kabur membuang HP korban ke selokan dekat Kampus UNM Pettarani.
• Wahyu Jayadi yang Bunuh Karyawati UNM Pernah Diberi Wasiat oleh Ibu Korban: Kamu Bukan Orang Lain
Namun berhasil ditemukan.
Disebutkan Shinto, meski HP korban rusak namun polisi yakin dapat mengembalikan semula percakapan keduanya dengan data server.
"Walau dibelah 17 sampai 700 kali, kami tidak butuh lagi perangkatnya," kata Shinto Silitonga, Senin (25/3/2019).
"Komunikasi ini tersimpan di bank data server," sambung perwira dua melati ini.
"Handphone pelaku maupun korban yang dirusak tidak mempengaruhi penyidikan dalam permintaan data call data record," lanjutnya.
Selain HP korban, polisi juga mengamankan barang bukti berupa dua telepon seluler milik pelaku, samsung warna hitam dan Xiaomi.
Siti Zulaeha Djafar menjadi korban pembunuhan dosen UNM (DOK PRIBADI/ TribunGowa)
Kronologi Pembunuhan
Aksi pembunuhan yang dilakukan oleh Wahyu bermula ketika keduanya pergi bersama sepulang bekerja di UNM.
Korban dan pelaku yang berkantor di lantai II, Menara Phinsi UNM, Jalan Andi Pangerang Petta Rani, Makassar, berjanji untuk saling bertemu di depan kantor PT Telkom Tbk yang letaknya tak jauh dari lokasi korban dan pelaku bekerja.
Mereka kemudian bertemu di tempat janjian pada Kamis (21/3/2019), sekitar pukul 17.00 WITA.
Setelah saling bertemu, korban dan pelaku kemudian berjalan beriringan menuju ke pertokoan Permata Sari, Jalan Sultan Aluddin, yang letaknya berada di depan kampus UIN Alauddin, Jalan Sultan Alauddin, Makassar.
Di tempat itu, pelaku Wahyu Jayadi menitipkan mobil miliknya SUV mid-size merek Suzuki Escudo.
Mereka kemudian berjalan bersama menggunakan mobil Daihatsu Terios milik Siti Zulaeha.
Berdasarkan keterangan dari pelaku, saat korban bertemu dengan Wahyu Jayadi, dirinya sempat meminta plastik yang hendak digunakan untuk buang air kecil.
Dalam perjalanan itu, Wahyu Jayadi membunuh korban dengan cara mencekik dan memukuli wajah korban.
Untuk menutupi aksinya tersebut, pelaku merancang seolah-olah korban tewas dirampok kemudian dibunuh.
“Selanjutnya tersangka mencoba menutupi perbuatannya dengan membuat korban tersebut seolah-olah adalah korban perampokan dengan cara pelaku mengunci mobil yang dikendarainya dari dalam," ujar Kabid Humas Polda Sulsel, Dicky Sondani, Sabtu (23/3/2019) siang, dikutip dari TribunGowa.com.
Pelaku juga memecahkan kaca mobil agar terlihat seperti perampokan.
"Tersangka kemudian mengambil barang-barang milik korban yang ada di dalam tas dan memecahkan kaca mobil dengan menggunakan batu kali,” terangnya.
• Bukan untuk Berkencan, Ini Tujuan Wahyu Jayadi Pergi dengan Karyawati UNM sebelum Bunuh Korban
Seusai membunuh korban, pelaku tak lantas pulang ke rumah.
Istri pelaku menjelaskan, pelaku baru ditemui berada di rumah pada petang pada dini hari mendekati subuh.
Korban lalu ditemukan tewas dalam mobil yang terparkir di daerah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Jumat (22/3/2019).
Posisi korban duduk dan berpakaian rapi di dalam kabin mobil Daihatsu Terios biru langit berpelat nomor DD 1472 AM di halaman depan sebuah Ruko Gudang di Kompleks Zarindah Pattalassang, Gowa.
Lokasi itu sekitar 16,2 kilometer sebelah timur kampus tempat kerjanya.
Korban ditemukan meninggal dalam keadaan tercekik dengan sabuk pengaman penumpang depan (seat belt) mobil milik suami korban.
Sedangkan seorang saksi yang ditemui Tribun mengungkapkan korban terakhir terlihat dengan sosok dosen yang bergelar doktor, yang diketahui adalah Wahyu tersebut.
• Karyawati UNM Tewas Ditangan Dosen Bergelar Doktor, Begini Kronologi hingga Motif Pelaku
Wahyu atau pelaku kemudian diamankan saat melayat jasad korban di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, Jumat (22/3/2019) pukul 14.05 WITA.
Saat melakukan penyelidikan mendalam, pelaku mengakui perbuatannya, bahwa ia telah membunuh korban.
Pengakuan Pelaku
Dikutip TribunWow.com dari channel YouTube Lintas Terkini, Sabtu (23/3/2019), Wahyu yang telah tertangkap memberikan pengakuan bahwa dirinya dekat dengan keluarga korban.
Saking dekatnya, Wahyu yang telah berumahtangga ini mengenal ibu korban yang juga telah meninggal.
Ia juga diberikan wasiat untuk menjaga korban karena telah dianggap dekat.
"Saya ingat pesannya almarhumah mamanya (korban), 'Jagai anrimmu, jagai anrimmu' (jaga adikmu, jaga adikmu). Bahasa Bugisnya seperti itu. Taniako tau laing' (kamu bukan orang lain)," jelas Wahyu Jayadi.
Namun saat peristiwa pembunuhan tersebut, Wahyu mengaku emosi karena korban terlalu mencampuri urusan pribadinya.
• Viral Video Pengakuan Wahyu Jayadi yang Bunuh Karyawati UNM: Rasa Memiliki Siti terhadap Saya Tinggi
Hal itulah yang membuat pelaku mengingkari wasiat ibu korban.
Padahal menurut Wahyu, dirinya dan korban tidak terlibat hubungan asmara atau memiliki rasa saling suka.
Diakui oleh Wahyu, dirinya merasa terganggu dengan sikap korban yang terlalu mencampuri urusan pribadinya.
Sikap ikut campur yang ditunjukkan oleh korban, diduga oleh pelaku lantaran Siti Zulaeha memiliki rasa memiliki yang tinggi terhadap korban.
"Ya rasa memilikinya tinggi menurut saya, karena selalu mencampuri urusan-urusan pribadi saya, saya pikir (korban) bukan apa-apanya saya dan juga bukan siapa-siapa gitu," jelas Wahyu Jayadi Sabtu (23/3/2019).
Ditanya seberapa sering korban mencampuri urusan pribadi pelaku, Wahyu Jayadi mengatakan hal tersebut dilakukan korban berkali-kali.
"Iya (sering), itu yang saya maksud, rasa memiliki itu yang kadang menyangkut masalah begitu, bukan dia yang harus mengurusi (ikut campur) sebenarnya," lanjut Wahyu Jayadi.
"Saya jadi bingung sendiri," tambahnya.
"Kita tak punya hubungan emosional dalam tanda kutip bahwa kita saling suka sama suka. Ini karena persoalan hubungan emosional karena hubungan keluarga," kata Wahyu Jayadi. (TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah/ Nila Irdayatun)