Terkini Daerah

Bukan untuk Berkencan, Ini Tujuan Wahyu Jayadi Pergi dengan Karyawati UNM sebelum Bunuh Korban

Penulis: Nila Irdayatun Naziha
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wahyu Jayadi dengan Siti Zulaeha Djafar.

TRIBUNWOW.COM - Berdasarkan rilis kasus yang dilakukan oleh kepolisian, terungkap alasan Wahyu Jayadi (44) pergi berdua bersama Siti Zulaeha Djafar (40) sebelum aksi pembunuhan dilakukan oleh Wahyu, Kamis (21/3/2019).

Diketahui sebelumnya, Wahyu Jayadi adalah seorang dosen bergelar doktor yang mengajar di Universitas Negeri Makassar (UNM) sementara korban Siti Zulaeha Djafar adalah karyawati di kampus tersebut.

Dikutip TribunWow.com dari TribunTimur.com, Kapolres Gowa AKBP Shinto Silitonga menjelaskan alasan korban pergi bersama dengan pelaku.

Hal tersebut terungkap dari kronologi pembunuhan versi kepolisian yang dilakukan saat rilis kasus seusai penangkapan Wahyu Jayadi, Minggu (24/3/2019).

Dijelaskan oleh Shinto, korban ternyata mengajak pelaku untuk pergi berdua.

Korban diketahui menelepon pelaku sekitar pukul 17.00 Wita Kamis (21/3/2019) untuk berjanjian di parkiran Telkom Jalan AP Pettarani.

Bukan untuk berkencan sesuai yang banyak diberitakan, ternyata korban mengajak pelaku bertemu lantaran ingin berbagi cerita.

Korban diketahui sedang mempunyai sebuah masalah dan hendak menceritakannya pada pelaku.

Viral Video Pengakuan Wahyu Jayadi yang Bunuh Karyawati UNM: Rasa Memiliki Siti terhadap Saya Tinggi

Kapolres Gowa AKBP Shinto Silitonga merilis pengungkapan pembunuhan Staf BAUK UNM, Sitti Zulaeha Djafar. (Ari maryadi/tribungowa.com)

Saat itulah, Wahyu menyetujui pertemuan tersebut sepulang dirinya dari kampus.

Awalnya Wahyu mengendarai mobil miliknya Suzuki Escudo 4 WD off road sementara korban mengendarai Daihatsu Terion Biru DD 1472 AM.

Sekitar pukul 18.00 WIB, pelaku dan korban kemudian bertemu dengan menggunakan kendaraan masing-masing menuju ke Kompleks Ruko Perum Permata Sari di jalan Sultan Alauddin Makassar.

Setelahnya, pelaku memarkirkan mobil miliknya di sebuah warung kopi.

Pelaku kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan mobil milik korban.

Bukan membonceng, pelaku mengendarai mobil milik korban sementara korban duduk di bangku penumpang yang ada di sebelah korban.

Tanpa mempunyai tujuan khusus, korban dan pelaku berjalan ke arah Gowa.

Lantaran korban hendak bercerita, pelaku melajukan mobil milik korban dengan kecepatan rendah.

Dalam perjalanan itulah, pelaku dan korban terlibat percakapan ringan.

Bukan Saudara, Wahyu Jayadi yang Bunuh Karyawati UNM Punya Peran Penting bagi Keluarga Korban

Wahyu Jayadi dengan Siti Zulaeha Djafar. (DOK PRIBADI)

Barulah sekitar pukul 19.30 Wita, korban dan pelaku mulai terlibat adu mulut.

Pertengkaran antara keduanya diduga lantaran korban mencampuri urusan pribadi pelaku di sela percakapan keduanya.

Dalam pertengkaran itu pula, korban sempat menampar pipi pelaku.

Terlibat cekcok dan adu mulut yang tak kunjung berakhir, sekitar pukul 20.05 Wita pelaku sudah mulai emosi dan menghentikan kendaraan milik korban di Jalan STPP Bontorannu, Gowa.

Lantaran emosinya yang sudah memucak, pelaku kemudian melakukan aksi kekerasan pada korban hingga membuatnya meninggal dunia.

Diketahui pelaku mencekik leher korban dan juga memukul wajah korban beberapa kali.

Melihat kondisi korban, pelaku ketakutan dan mulai panik.

Ia kemudian mencari lokasi untuk meninggalkan mobil korban.

Bukan karena Asmara, Ini Motif Wahyu Jayadi Bunuh Karyawati UNM dan Tinggalkan Mayatnya Dalam Mobil

Akhirnya pelaku memutuskan untuk berhenti di depan ruko gudang Perum Bumi Zarindah, Dusun Japing Pattallassang, Gowa (TKP jasad korban ditemukan).

Letak lokasi tersebut berada sekitar 17,9 km dari kampus UNM.

Setelah memarkirkan kendaran milik korban , pelaku kemudian memasangkan sabuk pengaman ke leher korban.

Ia selanjutnya turun dari mobil dan meninggalkan mobil dalam kondisi terkunci, sementara kunci mobil diletakkan di atas jok driver.

Tak langsung pergi meninggalkan korban, pelaku ternyata menghampiri korban dan berniat mengambil ponsel milik korban untuk menghilangkan jejak pembunuhan yang dilakukannya.

Lantaran kondisi mobil sudah terkunci, pelaku kemudian memecahkan kaca samping mobil korban untuk mengambil ponsel milik korban.

Dalam aksi perusakannya itu, pelaku terkena pecahan kaca sehingga membuatnya terluka pada bagian tangan.

Setelah merasa aman dan berfikir aksinya tidak diketahui orang lain, pelaku kemudian kabur dari lokasi kejadian dengan membonceng motor orang yang melintas menuju Makassar.

Jadi yang Terakhir Ditemui Karyawati UNM Sebelum Tewas, Pelaku Ternyata Sudah Dianggap Keluarga

Barang bukti mobil Daihatsu Terios milik korban dipasangi garis polisi di Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru. Satreskrim Polres Gowa masih terus melakukan penyidikan mendalam terkait dugaan pembunuhan Staf Biro Administrasi Umum, Universitas Negeri Makassar (UNM), Siti Zulaeha Djafar. (TRIBUN TIMUR/ARI MARYADI)

Penemuan Jasad Korban

Dikutip dari TribunTimur.com, jasad korban ditemukan pada Jumat (22/3/2019) oleh seorang warga.

Mayat tersebut ditemukan di Jalan Poros Japing, Dusun Japing, Desa Sunggumanai, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Warga yang menemukan jasad tersebut adalah Rusdi (31) yang merupakan pengawas proyek bangunan sekitar pukul 08.30 Wita.

Saat ditemukan di dalam sebuah mobil yang terparkir, jasad korban sudah dalam kondisi membiru dan membusuk.

Dilihat oleh Rusdi, korban ditemukan dengan kondisi leher diikat dengan menggunakan sabuk pengaman kendaraan.

Ia kemudian melaporkan kejadian tersebut pada kepolisian.

Viral di Ig Detik-detik Pengendara Motor Jatuh Terseret Banjir ke Selokan hingga Meninggal Dunia

Siti Zulaeha Djafar menjadi korban pembunuhan dosen UNM (DOK PRIBADI/ TribunGowa)

Aksi Pembunuhan Pelaku Terungkap

Setelah jasad korban ditemukan, kepolisian polres Gowa melakukan olah tempat kejadian perkara bersama dengan Tim Inafis dan Tim Dokfor Polda Sulsel dikutip dari TribunTimur.com.

Dari hasil olah TKP tersebut, kepolisian menemukan bercak darah pada pintu depan kanan mobil.

Hal itu yang kemudian membuat polisi menarik kesimpulan bahwa pelaku pembunuhan mengalami luka paling tidak pada bagian tangan.

Dari temuan itu, polisi kemudian melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Tak berselang lama, polisi kemudian mengamankan Wahyu Jayadi saat pelaku berada di Rumah Sakit Bhayangkara untuk melihat jasad korban.

Saat melihat jasad korban itulah, penyidik melihat luka pada bagian tangan pelaku.

Hal itu yang kemudian menarik kecurigaan penyidik untuk melakukan interogasi terhadap korban.

Sempat berkilah, pelaku mengatakan pada penyidik bahwa luka yang dideritanya adalah luka lama.

Namun dari hasil penyelidikan lebih lanjut, diketahui bahwa pelaku adalah orang terakhir yang terlihat bersama dengan korban.

Terkait hal tersebut, kepolisian kemudian mengamankan pelaku dan selanjutnya menetapkan pelaku sebagai tersangka.

Karyawati UNM Tewas Ditangan Dosen Bergelar Doktor, Begini Kronologi hingga Motif Pelaku

Wahyu Jayadi digiring anggote Polres Gowa. (Ari maryadi/tribungowa.com)

 Pengakuan Pelaku

Dikutip TribunWow.com dari channel YouTube Lintas Terkini, Sabtu (23/3/209), melalui video tersebut, Wahyu Jayadi menjelaskan bahwa korban memiliki rasa memiliki yang tinggi terhadap Wahyu Jayadi.

Padahal menurut Wahyu, dirinya dan korban tidak terlibat hubungan asmara atau memiliki rasa saling suka.

Diakui oleh Wahyu, dirinya merasa terganggu dengan sikap korban yang terlalu mencampuri urusan pribadinya.

Sikap ikut campur yang ditunjukkan oleh korban, diduga oleh pelaku lantaran Siti Zulaeha memiliki rasa memiliki yang tinggi terhadap korban.

"Ya rasa memilikinya tinggi menurut saya, karena selalu mencampuri urusan-urusan pribadi saya, saya pikir (korban) bukan apa-apanya saya dan juga bukan siapa-siapa gitu," jelas Wahyu Jayadi Sabtu (23/3/2019).

Ditanya seberapa sering korban mencampuri urusan pribadi pelaku, Wahyu Jayadi mengatakan hal tersebut dilakukan korban berkali-kali.

"Iya (sering), itu yang saya maksud, rasa memiliki itu yang kadang menyangkut masalah begitu, bukan dia yang harus mengurusi (ikut campur) sebenarnya," lanjut Wahyu Jayadi.

"Saya jadi bingung sendiri," tambahnya.

Dijelaskan oleh Wahyu Jayadi, kedekatan yang dirasakan oleh korban dengannya, bermula saat almarhumah ibu korban memberikan pesan pada Wahyu untuk selalu menjaga korban.

"Kita tak punya hubungan emosional dalam tanda kutip bahwa kita saling suka sama suka. Ini karena persoalan hubungan emosional karena hubungan keluarga," kata Wahyu Jayadi.

"Saya ingat pesannya almarhumah mamanya (korban), 'Jagai anrimmu, jagai anrimmu' (jaga adikmu, jaga adikmu). Bahasa Bugisnya seperti itu. Taniako tau laing' (kamu bukan orang lain)," jelas Wahyu Jayadi.

TONTON JUGA:

(TribunWow.com/Nila)