TRIBUNWOW.COM - Setiap tanggal 11 Maret, banyak orang akan mengingat momen Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar).
Banyak kontroversi berkaitan dengan keluarnya Supersemar.
Dari munculnya anggapan bahwa surat Supersemar merupakan surat perpindahan kekuasaan, proses kemunculannya, hingga keberadaan naskah otentik Supersemar.
• Jawaban Tommy Soeharto saat Ditanya Najwa tentang Skandal Penyelewengan Dana Yayasan Supersemar
Sebuah akun Twitter @Videosejarah mengunggah sebuah video Soekarno berpidato pasca kejadian demo di Istana Merdeka.
Pada video tersebut terlihat Soekarno membacakan pidato negara yang berisi penjelasan mengenai maksud keluarnya Supersemar.
Dalam pidatonya Soekarno mengucapkan terimakasih kepada Soeharto yang telah menjalankan perintah dengan baik.
Soekarno juga menjelaskan bahwa Supersemar bukanlah surat perpindahan kekuasaan namun surat perintah pengamanan pemerintahan dan pengamanan wibawa presiden.
"Surat perintah sebelas maret itu mula-mula dan memang sejurus waktu membuat, mereka bersampit sorak sorei kesenangan. Dikiranya SP 11 Maret adalah suatu penyerahan pemerintahan, dikiranya transfer of authority padahal tidak, SP 11 Maret adalah suatu perintah pengamanan, perintah pengamanan jalannya pemerintahan, perintah pengamanan uni pemerintahan," jelas Soekarno.
"Demikian kataku saat melantik kabinet, kecuali itu juga pengamanan pribadi presiden, perintah pengamanan wibawa presiden, perintah pengamanan ajaran presiden, perintah pengamanan beberapa hal, dan Jendral Soeharto telah melaksanakan perintah tersebut dengan baik. Dan saya mengucap terimakasih kepada Jendral Soeharto akan hal ini," lanjut presiden pertama RI ini.
• Bertemu dengan Eks Penjaga Kantor Kepresidenan Soekarno, Angel Karamoy Bagikan Kisah Haru
Dari video tersebut diketahui bahwa Supersemar merupakan surat perintah pengaturan pemerintah sementara bukan pengalihan kekuasaan.
Misteri lain adalah keberadaan naskah otentik Supersemar yang hingga kini belum diketahui.
Dikutip dari Kompas.com, lembaga Arsip Nasional menyimpan tiga versi naskah Supersemar yang semuanya tidak otentik.
Peneliti sejarah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memberikan penjelasan tentang hal itu saat menghadiri diskusi bulanan Penulis Buku Kompas di Bentara Budaya Jakarta.
"Ada tiga arsip naskah Supersemar, dari Sekretariat Negara, Puspen TNI AD, dan dari seorang kiai di Jawa Timur," jelas Asvi saat di Palmerah Selatan, 10 Maret 2016.
• Siti Aisyah, WNI Terdakwa Pembunuh Kim Jong Nam Dibebaskan, Berikut Fakta-faktanya
Kemunculan Supersemar juga dianggap janggal dan penuh misteri.