TRIBUNWOW.COM - Merry, buaya viral karena memangsa Deysi Tuwo pada 11 Januari 2019 lalu ditemukan mati di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Batu Putih, Minggu (20/1/2019).
Dilansir oleh Tribun Manado, dokter hewan Dwielma Nubatonis dan drh Fahmi Agustiadi juga telah melakukan nekropsi (autopsi) pada Merry, Senin (21/1/2019).
Kesimpulan awan pasca nekropsi, Merry mati diduga karena faktor awal evakuasi dari lokasinya semula di Tombariri ke TWA Batu Putih yang membutuhkan waktu lama.
Saat dievakuasi, Merry diduga sudah mengalami kondisi drop kesehatan dan suhu badan yang melebihi normal.
Selain itu di dalam tubuh Merry juga ditemukan akumulasi gas yang sangat banyak di bagian organ lambung.
Merry juga mengalami obesitas dari berat buaya normal.
• Curhat Anggota TNI yang Evakuasi Buaya Pemangsa Manusia di Minahasa: Ini Pengalaman Besar bagi Saya
Hasil nekropsi juga menemukan sejumlah lengan hingga jari manusia yang ditelan oleh Merry.
Ada pula organ yang diduga milik manusia seperti tulang belulang, dan kain potongan dari pakaian.
Sementara dari diagnosa kesehatan, Merry mengalami stress dan heatstroke.
Setelah di autopsi, sampel dari tubuh Merry juga dibawa ke laboratorium untuk dilakukan diagnosa.
Sedangkan tulang yang diduga tubuh manusia akan dilakukan pemeriksaan forensik oleh pihak kepolisian.
Serta keluarga korban, Deysi juga akan dimintai keterangan jika benar tulang yang ditemukan dalam tubuh Merry adalah milik Deysi.
• Detik-detik Evakuasi Buaya Pemangsa Karyawan di Minahasa, Butuh Tenaga 20 Orang dalam Waktu 3 Jam
Bangkai Merry saat ini juga telah dikuburkan di kawasan TWA Batu Putih, Senin (21/1/2019).
Diberitakan sebelumnya, Deysi Tuwo (44) merupakan Kepala Laboratorium CV Yosiki yang juga pemberi makan Merry, buaya peliharaan tempatnya bekerja menjadi korban terkaman Merry.
Diketahui CV Yosiki yang merupakan perusahaan pembibitan mutiara itu memiliki buaya peliharaan yang telah dipelihara sejak tahun 1990-an di areal perusahaan daerah Minahasa, Sulawesi Utara.