TRIBUNWOW.COM - Jubir Tim Kampanye Nasional (TKN) Calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan cawapres Maruf Amin, Ruhut Sitompul, menceritakan pengalamannya ketika menjadi politisi dari Partai Demokrat.
Hal itu disampaikan Ruhut Sitompul saat menjadi narasumber di acara Kompas Petang Kompas TV, Kamis (3/1/2019) malam.
Selain Ruhut, hadir pula Politisi Demokrat, Ferdinand Hutahaean.
Ruhut bercerita soal apa yang diajarkan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pada dirinya ketika masih menjadi kader.
• Ferdinand Bela Andi Arief soal Surat Suara Tercoblos, Ruhut Sitompul: Pening Aku Tante
Hal ini bermula saat keduanya membahas soal hoaks yang menyangkut nama politisi Demorkat, Andi Arief.
Ruhut menganggap sebelum kasus hoaks 7 kontainer surat suara dicoblos, sebelumnya Andi Arief juga pernah tersangkut soal mahar yang diberikan PKS dan PAN.
Akibatnya, ada dampak yang harus diterima dari PAN dan PKS.
Lalu, Ruhut meminta agar jangan menganggu-ganggu lagi tim yang mengurus pemilu 2019.
"Seolah-olah KPU, Bawaslu, dan Kepolisian tidak bekerja dengan baik, janganlah. Begitu juga sahabat-sahabat pers sudah baik jangan diganggu lagi lah," ujar Ruhut.
"Tidak ada yang ganggu bang," celetuk Ferdinand pada Ruhut Sitompul.
• Hinca Panjaitan: Andi Arief Sangat Terbuka bagi yang Ingin Minta Keterangan, Ia Tidak Berupaya Kabur
Lantas Ruhut menjelaskan saat ini posisinya berada di TKN Jokowi-Maruf seperti orang yang kalah.
Dikarenakan, tim yang dianggap kalah oleh Ruhut merasa dirinya menang.
"Ini 2014 sampai 2019, sekarang baru masuk ini 2019, kami the winner tapi kami serasa the losser, karena the losser menganggap dia the winner jangan gitu lah, nanti 2019 sampai 2024 insyaallah kami yang menang," ujarnya.
Ruhut menambahkan pembelajaran menerima kekalahan telah diajarkan SBY padanya.
"SBY dulu ngajar saya begitu, enggak tahu kalau sekarang,"kata Ruhut.