Kabar Tokoh

Sebut Kalender BNPB Hitam Semua, Sutopo Purwo Nugroho: Bencana Tak Mengenal Hari Libur

Penulis: Vintoko
Editor: Wulan Kurnia Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sutopo Purwo Nugroho.

Dalam berita yang dimuat, pada Jumat (28/12/2018), The New York Times menyoroti bagaimana tahun ini menjadi tahun di mana Sutopo hidup dengan bencana.

Baik itu bencana nasional maupun 'bencana' secara personal.

Cover berita profil tentang Sutopo di The New York Times, Jumat (28/12/2018). (The New York Times)

The New York Times menyoroti bagaimana kegigihan Sutopo yang tetap sigap menyampaikan informasi mengenai bencana di Indonesia di tengah kondisinya yang saat ini sedang melawan kanker paru-paru stadium 4.

"Dia bukan perokok seumur hidupnya, dia tahu awal tahun ini, pada usia 48 tahun, bahwa dia menderita kanker paru-paru stadium 4. Dokter memberinya satu hingga tiga tahun untuk hidup," tulis The New York Times dalam artikel yang berjudul "He Helped Indonesia Through a ‘Year of Disasters,’ While Facing His Own" tersebut.

Dalam wawancaranya, Sutopo mengaku pada The New York Times bahwa dia memang terkejut saat mendengar berita tersebut.

Namun, akhirnya dia bisa menerima penyakitnya itu sebagai takdir.

"Ketika saya mendengar diagnosis (kanker) pada bulan Januari, saya terkejut. Setelah itu, saya menerima bahwa itu adalah takdir saya, sama seperti orang-orang yang terkena dampak gempa bumi dan tsunami," katanya pada The New York Times.

The New York Times juga menyoroti isi Twitter Sutopo, @Sutopo_PN, yang dipenuhi dengan kabar soal bencana alam dan kadang diselingi dengan foto dirinya menjalani kemoterapi.

Kepada The New York Times, Sutopo mengatakan bahwa dirinya sering lupa tentang penyakit yang dideritanya itu saat harus melakukan konferensi pers terkait bencana alam.

Ia menyebutkan, tahun ini adalah tahun dengan bencana paling buruk di Indonesia selama satu dekade.

"Ini adalah tahun bencana," kata Sutopo.

The New York Times juga menuliskan bagaimana perjuangan Sutopo mengabarkan tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018.

"Ketika tsunami kedua tahun ini melanda pada malam 22 Desember di Selat Sunda, Pak Sutopo berada di kota Yogyakarta, berlibur bersama keluarganya dan mencari pengobatan alternatif untuk kankernya," tulis The New York Times.

"Dia dengan cepat mulai mengirim pembaruan ke media berita, terus melakukannya sampai jam 1 pagi. Dia kembali bekerja sebelum jam 6 pagi, meminta maaf atas kesalahan ketik dalam pesannya, mengatakan bahwa jari-jari tangan kirinya mati rasa akibat perawatannya," imbuh media tersebut.

The New York Times Soroti Perjuangan Sutopo Purwo Nugroho di Tengah Bencana dan Kanker

The New York Times juga menuliskan bagaimana Sutopo bisa bekerja sebagai Humas BNPB.

Halaman
123