Meriam air, gas air mata dan peluru karet digunakan petugas untuk menangani pengunjuk rasa.
Rekaman video menunjukkan seorang demonstran terkena peluru karet di badannya saat berdiri di hadapan sejumlah polisi dengan tangan mengacung terkepal.
Setidaknya tiga wartawan juga terkena peluru karet.
Saat malam tiba, para pengunjukrasa berkumpul di Place de la République, sementara polisi dengan perlengkapan lengkap berjaga dalam jumlah besar di Champs-Elysées.
Enam pertandingan sepak bola Ligue 1 Prancis ditunda.
Menara Eiffel, Museum Louvre, Musée d'Orsay, dan tujuan wisata lainnya ditutup.
Walikota Anne Hidalgo menerbitkan seruan: "Jagalah Paris pada hari Sabtu ini karena Paris adalah milik semua orang Prancis."
Bagaimana unjuk rasa menyebar?
Sentimen anti-pemerintah di Perancis mengilhami unjuk rasa sejenis di negara-negara tetangga.
Sekitar 100 orang ditangkap di Brussels.
Di ibukota Belgia itu sejumlah demonstan melempari polisi dengan batu pengeras jalan, kembang api, petasan dan berbagai benda lain, lapor kantor berita AP.
Di Belanda, protes berlangsung di luar gedung parlemen di Den Haag, diikuti sekitar 100 peserta.
Jurnalis Le Monde, Aline Leclerc, mencuit (dalam bahasa Perancis) bahwa jumlah pengunjukrasa lebih sedikit dibanding sebelumnya, dan bahwa polisi menggeledah tas mereka dan menyita barang-barang seperti helm dan kacamata pelindung.
Dia mengatakan para demonstran kebanyakan laki-laki berusia antara 20 dan 40 tahun, sementara perempuan dan pria yang lebih tua tampaknya menahan diri untuk tidak terlibat dalam kemungkinan bentrokan kekerasan.
Wartawan BBC Hugh Schofield, di Champs-Elysées, mengatakan pengunjukrasa mengaku masker yang mereka gunakan sebagai pelindung dari gas air mata, juga disita polisi.