Ketika Simon dan Joni menuju ke Puncak Kabo, tiba-tiba ada warga yang memanggil mereka dengan bahasa daerah setempat.
Simon tidak mengerti apa yang diucapkan warga tersebut, namun dari bahasa isyarat terbaca kesan pesan jika mereka terancam akan dibunuh.
“Saya tidak mengerti apa maksudnya warga, karena pakai bahasa daerah. Tapi gerak tangannya seperti bilang kalau saya akan ditembak. Saya tidak tahu, harus melarikan diri ke mana,” sebutnya.
Melihat Simon dan Joni bingung, warga setempat kasihan.
Beberapa ibu rumah tangga lantas menarik mereka dan membawa mereka menuju ke rumah camat setempat.
Diselamatkan Warga
Di sana, keduanya sempat menginap semalam dan diberi makanan.
Setelah itu, pukul 21.10 WIT camat mendapat ancaman dari KKB, jika terbukti menyelamatkan Simon dan Joni, maka camat juga akan dibunuh.
Camat lantas memerintahkan empat warganya melarikan Simon dan Joni melewati hutan belantara.
Dalam keadaan ikhlas menghadapi kematian, Simon dan Joni menyempatkan diri untuk berdoa.
Dalam pelariannya ke hutan, Joni sempat dibopong karena pingsan dan kehabisan tenaga.
Sementara Simon terus menjaga stamina dengan semangat dan doa.
“Saya ingat wajah istri dan anak-anak saya, saya bilang sama Tuhan. Ambil saya jika memang Tuhan menghendaki, namun selamatkan saya, jika keluarga saya masih membutuhkan,” ungkapnya.
Keempat warga Papua yang menyelamatkan mereka tak henti-hentinya memberi semangat pada Simon dan Joni.
Mereka bahkan sempat membuat tandu untuk Joni dan menggendongnya.