TRIBUNWOW.COM - Salah satu gunung teraktif di Indonesia, Gunung Merapi tercatat kembali mengeluarkan guguran lava beberapa kali.
Berdasarkan pemantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), aktivitas tersebut teramati sejak Jumat, (23/11/2018) pukul 19.05 WIB.
Guguran lava terjadi sampai empat kali dengan jarak luncur hingga 300 meter.
Dilansir TribunJogja.com, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani, mengatakan saat sesi jumpa pers, Senin (26/11/2018) Gunung Merapi telah memasuki fase magmatik sejak 11 Agustus 2018 lalu ditandai munculnya kubah lava yang semakin besar.
Menurut keterangannya, kubah lava itu muncul tepat di tengahan kubah lava 2010 dan tumbuh secara simetris.
• Gunung Merapi Keluarkan Guguran Lava Sebanyak 4 Kali dan Mengarah ke Hulu Kali Gendol
Volume kubah per 22 November mencapai 308.000 m3 dengan laju kecepatan rata-rata sekitar 3.000 m3 per hari terhitung dari awal munculnya.
Guguran lava pada 22 Agustus 2018 lalu dominan menuju ke arah barat laut dalam area kawah.
Namun, material kubah lava 2018 saat ini telah mencapai batas permukaan kubah lava pada erupsi 2010 yang hampir semuanya mengarah ke arah bukan kawah.
• Jalur Pendakian Gunung Gede Pangrangro dan Gunung Merapi Ditutup saat HUT ke-73 Kemerdekaan RI
Hal tersebut memungkinkan guguran material kubah dapat meluncur seperti yang terjadi pada guguran 23 November lalu.
Jika kubah lava terus mengalami pertumbuhan, maka intensitas guguran lava akan terus meningkat
Kendati demikian, Kasbani mengatakan intesitas tersebut masih dinilai rendah hingga belum membahayakan penduduk.
"Untuk saat ini intensitas guguran juga masih rendah dengan potensi material juga masih kecil sehingga belum membahayakan penduduk," jelas Kasbani.
• Volume Kubah Lava Gunung Merapi Bertambah 4.500 Meter Kubik per Hari
Sejak 21 Mei lalu, Gunung Merapi berstatus level dua atau waspada dengan jarak bahaya tiga kilometer.
Namun, hingga saat ini Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) juga belum menemukan indikasi bahwa status akan dinaikkan.
"Dari data kegempaan, data informasi, data temperatur yang diatas dan semua kita kombinasikan, belum ada indikasi untuk dinaikkan statusnya, masih di level waspada," tutur Kasbani.