Meirelles memperkirakan suku terasing ini punya anggota sekitar 300 orang, termasuk besar untuk suku yang tak terdata.
"Kaum perempuan suku ini mengenakan semacam rok. Mereka bisa memintal," kata Meirelles setelah mengamati foto-foto hasil bidikan Stuckert.
Ia juga mengatakan suku ini menanam jagung, pisang, dan kentang.
Untuk kaum laki-laki, kata Meirelles, mereka punya postur yang lebih tinggi dari suku-suku lain yang tinggal di kawasan. Mereka juga memakai semacam kain yang dililitkan di perut yang sepertinya juga berfungsi sebagai pengikat alat kelamin.
Kawasan tempat suku ini hidup sangat terpencil, yang tak terjangkau oleh penebang hutan atau penyadap karet. Minimnya gangguan ini mungkin membuat mereka bertahan tapi sekaligus juga membuat mereka sangat terisolir.
Fotografer Stuckert mengatakan ingin kembali ke daerah ini namun ia juga menekankan agar mereka merasa tak terancam. Yang jelas, harus ada upaya untuk melindungi mereka, katanya. (*)