Saya harus pertegas itu, beberapa kami diskusi dengan ketua kami, Partai Demokrat adalah pendukung utama Prabowo-Sandi," kata Ferdinand.
Ferdinand kemudian menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kemarin menjadi konsumsi internal caleg kami untuk turun ke bawah.
Karena memang, peta politik yang kami petakan, di setiap daerah itu berbeda-beda, animo di sana itu, ada yang memang Prabowo, dan ada yang memang Joko Widodo (Jokowi).
Sehingga kami itu kami datang, kami datang tidak dengan cara konvensional, teriak dukung A, dukung B, kami tidak melakukan itu.
Tapi kami bertanya apa yang kalian inginkan.
Memangnya saat ini tagline kami saatnya rakyat berbicara, kami akan memperjuangkan apa yang diingkan rakyat," ujarnya.
Ferdinand lantas membeberkan strategi partainya menghadapi kader atau rakyat yang mendukung Jokowi.
Yakni dengan memberikan pertimbangan-pertimbangan baik buruknya memilih pasangan yang laman (Jokowi).
"Di situlah, ketika di daerah memang animo politiknya kepada Jokowi, kami tidak ingin memaksakan mereka untuk memilih Pak Prabowo yang kami usung.
Karena kami juga punya kepentingan menyelamatkan Partai Demokrat yang tidak punya capres/cawapres, yang tidak punya efek ekor dari capres/cawapres ini.
Karena kalau kami nanti tidak kuat di Parlemen, Pak Prabowo-Sandi nanti menang, lalu yang menang (Pileg) dari lawan yang punya 10 partai, apa bisa Pak Prabowo memimpin Indonesia?," terang Ferdinand.
Simak selengkapnya dalam video di bawah ini.
• Reaksi Menteri Susi saat Kebijakannya Disebut Politisi Demokrat Berkontribusi Negatif ke Negara Lain
Diberitakan sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Hermanto mengatakan partainya ingin bisa sukses melewati Pileg 2019.
Partai Demokrat tak hanya ingin sukses dalam Pilpres saja.