Lihat videonya:
Sebelumnya, pada program yang sama, Kwik juga bercerita soal pengalamannya bisa menjadi ekonom yang juga berpolitik praktis.
Kwik mengatakan, mulanya, ia akan bersekolah di London jurusan ekonomi politik.
Namun, ia harus merawat kakaknya yang sedang sakit di Rotterdam, Belanda.
Dari kakaknya itulah Kwik mulai mengubah dirinya untuk lebih memilih belajar ilmu ekonomi agar bisa menjadi penyelenggara negara.
"Setelah selesai ilmu ekonomi saya ingin bersekolah di London, di London School Economics and Political Science dalam ilmu politik, tetapi kakak saya belajar di Rotterdam dan hampir selesai."
"Waktu di London saya mampir ke Rotterdam menjenguk kakak saya yang lama tidak bertemu, tetapi dalam waktu tiga hari saya kakak saya sakit keras, sehingga masuk rumah sakit 9 bulan lalu meninggal, lalu dalam 9 bulan itu saya harus mengunjungi dia di Rumah Sakit dua kali sehari," jelasnya.
"Dalam kondisi seperti itu saya memilih menemani kakak daripada di London, di situ terjadi dialog tiap hari."
"Dia tanya kepada saya, kamu itu mau sekolah politik mau jadi dosen apa mau jadi penyelenggara negara atau politikus lah istilahnya, saya bilang penyelenggara negara," ujar Kwik.
• Kembali Kritik Peraturan Pemerintah soal Pelaporan Korupsi, Fahri Hamzah: Matilah Negara Ini
Kakak Kwik pun memberikan contoh perdana Menteri yang ada di Eropa bukan berasal dari ilmu politik melainkan mereka belajar ilmu ekonomi.
"Kalau gitu bukan ilmu politik, ilmu ekonomi, karena ekonomilah yang bisa mensejahterakan rakyat, semua teknik ada di ilmu ekonomi," ujar Kwik menirukan kakaknya waktu itu.
"Dan apa yang dikatakan kakak saya sangat benar, kalau ingin mensejahterakan rakyatnya secara adil ya ekonomi, kalau ilmu politik kan diajari demokrasi itu apa, oligarki itu apa, monarki itu apa, itu hal yang sangat mudah dipelajari tanpa sekolah," tambahnya. (TribunWow.com/Tiffany Marantika)