Kutip Data IMF, Jubir PSI Sebut Utang Indonesia Paling Kecil di Dunia: Tak Benar jika Ekonomi Sakit

Penulis: Ekarista Rahmawati P
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dedek Prayudi

"Terkhusus untuk pembangunan serentak infrastruktur yang tergolong Proyek Strategis Nasional, anda tak bisa memulai pembangunannya sekarang, lalu berharap butterfly effect nya dalam semalam. Hingga April 2018, terdapat 30 PSN yang rampung. Sisanya sedang dikebut," tulisnya.

Sebelumnya diberitakan Tribunnews.com, Dedek Prayudi menyoroti pihak-pihak yang menyebut utang Indonesia makin parah.

Termasuk menganalogikan kegunaaan utang negara dengan ibu-ibu yang membeli sayur sehari-hari.

Bahas soal Dusta, Fahri Hamzah: Cerita Bohong Itu Bahkan Dapat Memuluskan Karier dan Jabatan

Uki menambahkan, bahwa utang dapat dikategorikan utang baik (good debt) dan utang tidak baik (bad debt).

Politisi muda itu menjelaskan bahwa good debt adalah pinjaman untuk membiayai hal-hal yang menggerakkan roda ekonomi lebih cepat dan besar lagi ke depannya.
"Good debt adalah berutang untuk menambah laju produktifitas bangsa atau borrow money to make money. Misalnya pembangunan fasilitas dan sarana publik seperti pembangkit listrik, jalanan, bendungan maupun bandara yang manfaatnya dirasakan rakyat untuk menunjang produktifitas baik secara langsung maupun secara multiplier effect," terang Uki.

Uki juga menyinggung soal meningkatnya total nilai aset BUMN dan Produk Domestik Bruto Indonesia sebagai indikator naiknya produktifitas Indonesia.

Uki kemudian memberikan penjelasan soal bad debt atau utang yang buruk.

Ramalan Zodiak Selasa 16 oktober 2018, Kantong Uang untuk Capricorn, Aries Jangan Boros!

"Sedangkan bad debt adalah utang untuk hal-hal konsumtif atau borrow money to spend money, seperti membeli beras, sayur maupun bantuan tunai yang tak mendorong produktifitas bangsa, justru cenderung membuat kita malas," lanjut Uki.

"Kalau sampai hal ini terjadi, itu baru krisis. Rakyat berarti sudah tak cukup produktif untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Nyatanya nggak gitu. Belanja bulanan publik tetap meningkat seiring bertambahnya produktifitas, penduduk miskin berkurang padahal jumlah penduduk terus meningkat menurut data resmi BPS," katanya.

"Yang tidak kalah penting adalah rasio utang kita dengan PDB masih ditaraf sehat yakni kisaran 29% dari PDB, separuh dari batas yang digariskan UU," jelas Uki.

(TribunWow.com/Ekarista R.P)