TRIBUNWOW.COM - Politisi Partai Gerindra yang juga anggota komisi VIII DPR, Rahayu Saraswati menceritakan pengalamannya ketika bertemu relawan yang diusir dari Palu, Jumat (12/10/2018).
Hal ini ia ceritakan melalui Instagram miliknya, @rahayusaraswati.
Ia mengunggah foto dirinya yang berasa di dalam bagian pesawat.
Rahayu yang mengenakan kemeja putih berfoto dengan tiga orang yang ada dibelakanganya.
Ketiganya memakai baju hitam, sementara wanita yang berada di dekat Sara (panggilan Rahayu Saraswati) mengenakan baju bertuliskan 'Global Medic'.
Keponakan dari calon presiden (capres) Prabowo Subianto pun menceritakan pengalamannya.
Ia mengatakan bertemu para relawan yang berasal dari Kanada itu ketika ia usai berkunjung dari Palu.
Sara juga mengkritisi pemerintah yang seharusnya mengapresiasi relawan asing tersebut.
• Pujian Sekjen PBB Antonio Guteres untuk Indonesia saat Bertemu Jokowi
"Kemarin saat dlm perjalanan pulang dari Palu bertemu dgn para relawan luar negeri dari Kanada yang sdh dtg jauh2 ke Indonesia minggu lalu dan menunggu seminggu di Makassar utk mendapatkan lampu hijau utk masuk ke Palu membawa bantuan mesin filtrasi air, hanya untuk diusir keluar lagi setelah mrk tiba di sana.
Heran... sungguh heran.
Pemerintah seharusnya mengapresiasi relawan asing yang dengan luar biasa terjun langsung membantu korban bencana Palu.
Ironis dan terlihat arogansi sikap pemerintah terhadap relawan asing.. bahkan overacting sepertinya, tapi di sisi lain menerima dengan tangan terbuka bantuan barang dan finansial.
Ya, memang regulasi yang mengatur tentang keberadaan relawan asing di lokasi bencana ada dan itu untuk keamanan relawan dan keamanan nasional, tapi selama ini regulasi tidak dijalankan konsisten dari Lombok sampai Palu.
Belum lagi minimnya sosialisasi aturan itu yang membuat semuanya terlihat tidak jelas.
Kondisi negara saat ini sudah kesulitan untuk menutupi kebutuhan korban di Lombok, Palu dan dengan tambahan di Jawa Timur. Relawan asing bisa membawa perlengkapan yang sangat dibutuhkan dan mrk bs kontribusi keahlian masing2 seperti utk SAR.
Perlu seberapa parah kondisi korban dan lokasi gempa untuk pintu bantuan dibuka seluas-luasnya? Saran saya regulasi cukup dengan 'police background check certificate' yang dimintakan dari setiap relawan asing dan pastikan mereka berkolaborasi dengan organisasi lokal.
Pemerintah juga harus mengedepankan transparansi dalam penyaluran bantuan barang maupun finansial.
Berdasarkan informasi Kemenlu ada 18 negara yang memberi bantuan fisik dan finansial untuk korban gempa Palu. KPK perlu mengawasi dan mengawal penyaluran bantuan untuk menghindari penyimpangan.
Di Aceh dulu dilakukan, sekarang juga harus," tulis Rahayu Saraswati.
• Andi Arief: Saya Menangkap Kesan Pak Prabowo Subianto Agak Kurang Serius Mau Jadi Presiden
Postingan Rahayu Saraswati (Capture Instagram @rahayusaraswati)
Sementara itu, terkait bantuan relawan asing, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB), Sutopo Purwo Nugroho berikan penjelasan.
Dikutip dari Kompas.com, Sutopo mengungkapkan memang ada larangan bagi relawan asing untuk ikut terjun secara langsung dalam penanggulangan bencana di Sulawesi Tengah.
Sutopo menuturkan alasan larangan tersebut karena relawan asing memiliki kultur kerja yang berbeda dari Indonesia.
"Relawan asing diatur, tidak bisa nyelonong seenaknya ke mana-mana. Karena beda kultur, bahasa, dan lainnya. Hal itu biasa terjadi, diatur di semua negara," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Rabu (10/10/2018).
Meski demikian, relawan maupun organisasi masyarakat luar negeri yang ingin memberikan bantuan untuk bencana Sulawesi Tengah tetap difasilitasi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
Namun ada catatan khusus, yakni dalam pendistribusiannya, relawan asing harus menggandeng mitra lokal.
• 8 Warga China akan ke Palu Tanpa Dokumen Resmi, Mengaku Relawan hingga Bawa Surat yang Diduga Palsu
"Ormas asing yang sudah terlanjur membeli atau menyiapkan bahan dukungan dan material di Indonesia harus didaftar menjadi mitra kementerian/lembaga dan wajib menggunakan mitra lokal untuk melaksanakan distribusi," ujar Sutopo.
Sutopo juga menegaskan, meskipun Pemerintah Indonesia menerima bantuan internasional untuk penanggulangan gempa dan tsunami Sulteng, bantuan tersebut sifatnya hanya suplemen, bukan instrumen utama penanggulangan.
"Bantuan internasional hanya suplemen, bukan utama," ujar Sutopo.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah relawan asing yang menangani korban gempa di palu mengaku diusir oleh pihak BNPB.
Mereka mengaku diusir dengan alasan tenaga mereka tidak dibutuhkan.
Kabar pengusiran itu pun menjadi sorotan dunia dan diberitakan media internasional.
Hal tersebut dialami aktivis LSM asal Afrika Selatan, Gift of the Givers.
Ahmed Bham ketua tim Gift of the Givers mengaku mendapat kabar bahwa Indonesia melarang anggota Urban Search and Rescue Team (USAR) mengangkut jenazah korban.
• Viral Video Pengusiran Relawan Gempa di Palu, BNPB: Nampaknya Ada Miskomunikasi
"Semua anggota tim USAR harus kembali ke negaranya masing-masing. Mereka tidak dibutuhkan di Indonesia," kisah Ahmed dalam wawancara video kepada AFP, Rabu (10/10/2018).
Ahmed mengaku mereka sering menangani bencana besar, namun baru sekali ini mereka mendapat perlakuan seperti ini.
"Saya tak mau basa-basi, tapi disana (Palu) seperti "kalian tak bisa bekerja disini, kalian tak bisa melakukan ini, kalian tak bisa melakukan itu (penanggulangan)" kami tak pernah dilakukan begini sebelumnya di bencana besar lainnya," ujarnya.
Padahal Ahmed menyatakan bahwa relawan yang dikirim ke Indonesia bukan tanpa kualifikasi.
"Kami memiliki tim SAR yang sangat berpengalaman dengan peralatan khusus. Saya ingin menggunakannya," ujar dia dengan nada kecewa.
Dia mengaku sudah menghabiskan banyak waktu untuk datang ke Palu.
Mereka yakin kemampuan yang dimiliki bisa membantu korban gempa dan tsunami, namun niat baik itu justru tidak tersampaikan. (TribunWow.com/Tiffany Marantika)