"Kendati bank sentral Indonesia atau Bank Indonesia melakukan tindakan proaktif, rupiah tetap tertekan karena mengetatnya likuiditas global akibat kenaikan bunga dan konflik dagang yang makin intensif," ujar Kepala Penelitian Julius Baer untuk Asia di Singapura Magdalene Teo, Kamis (11/10/2018).
Kenaikan harga minyak mentah akan semakin membebani defisit neraca berjalan serta kurs rupiah.
Selain itu, sentimen ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS oleh The Federal Reserves di bulan Desember masih membayangi rupiah walaupun Presiden AS, Donald Trump, mengkritik kebijakan tersebut.
Di sisi lain, belum ada sentimen positif dari dalam negeri yang bisa menopang pergerakan rupiah.
Justru para pelaku pasar sempat dilanda kekhawatiran akibat ketidakpastian kenaikan harga bahan bakar minya (BBM) oleh pemerintah.
Terkait krisis 98, diberitakan Kompas.com, tercatat pada tanggal 17 Juni 1998, rupiah pernah berada di puncak rekor terlemah pada Rp 16.650 per dollar AS. (TribunWow.com/Ananda Putri Octaviani)