TRIBUNWOW.COM - Kirab malam satu Suro Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dahulu merupakan sarana Keraton Surakarta untuk menolong rakyatnya.
“Di masa Paku Buwana X pernah terjadi pagebluk penyakit Pes, saat itu keraton mengeluarkan tim untuk menolong, terdiri dari pusaka keraton, tim medis, tim spiritual dan semuanya untuk berkeliling menolong rakyat pada masa itu,” kata Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat KGPH Dipokusumo, Selasa (11/9/2018).
Laku itu kemudian berlanjut meski wabah pes sudah tidak ditemui lagi.
Namun kirab hanya mengeliling bagian tembok bagian dalam keraton atau sekitar Baluwarti Solo setiap malam Jumat.
• Inilah Doa sang Nenek Buyut untuk Sedah Mirah Nasution dalam Acara Selapanan
Menurutnya, tradisi kirab yang sudah mempunyai laku dan tata cara tersendiri tersebut kemudian diperluas cakupannya pada tahun 1970-an dengan maksud mendoakan keselamatan bangsa.
“Jadi tidak hanya di Baluwarti, tapi diperluas memakai jalur untuk kirab Jumenengan, jadinya rutenya seperti tahun ini,” papar Dipo.
Pernyataan tersebut didukung oleh sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Tundjung W Sutirto yang mengatakan kirab pusaka dengan menyertakan Kebo Bule hingga keluar keraton baru terjadi setelah adanya Peristiwa Malari.
“Sebelumnya hanya di lingkungan dalam tembok keraton, diseputar Baluwarti saja, namun karena ada permintaan dari Presiden Soeharto untuk ikut menjaga persatuan dan kesatuan, maka “laku ritual” itu dilakukan hingga luar keraton sampai sekarang,” ujar Tundjung.
• AHY Sebut Kader Demokrat Bebas Tentukan Pilihan di Pilpres, Ruhut Sitompul: Ia Jadi Korban
Keadaan Indonesia pasca peristiwa tersebut dalam kondisi yang kurang baik.
Soeharto kemudian meminta bantuan kepada Raja Keraton Surakarta Sinuhun Paku Buwono XII untuk ikut meredam “kekacauan” akibat dari peristiwa Malari tersebut.
Oleh Sinuhun, permintaan itu direspon dengan menggelar Kirab Pusaka 1 Sura dengan skala yang lebih luas.
“Kirab keluar keraton itu untuk memenuhi keinginan Presiden Soeharto ke Sri Susuhunan Paku Buwono XII agar dibantu doa agar bangsa Indonesia diberi keselamatan,” tegasnya.
“Dari sisi kesejarahan kirab itu adalah usaha PB XII membantu Soeharto untuk menjaga masyarakat tetap pada kerangka persatuan dan kesatuan pada masa itu,” kata Tundjung.
Pada prosesi tersebut pusaka-pusaka Keraton Surakarta dikeluarkan dan dikirab dengan rute yang sudah ditentukan.
Termasuk Kebo Bule milik Keraton Surakarta yang dianggap juga sebagai salah satu pusaka Keraton Surakarta.