TRIBUNWOW.COM – Dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H, masyarakat Jawa menghadirkan sajian khas yang dapat dinikmati bersama kerabat berupa bubur suro.
Sebagai tradisi turun temurun, bubur suro masih dapat ditemukan di berbagai daerah di pulau Jawa.
Perlu diketahui bahwa bubur suro bukanlah sesajen, dan tidak ada sangkut pautnya dengan hal mistis, melainkan tradisi masyarakat Jawa yang memiliki banyak makna di dalamnya.
Dilansir TribunWow.com dari Kompas.com, bubur suro dibuat dari garam, jahe, dan sereh, sehingga menghasilkan cita rasa gurih, asin, dan sedikit pedas.
• Sandiaga Uno Prihatin dengan Melemahnya Rupiah yang Bisa Membuat Harga Kebutuhan Pokok Naik
Terdapat tujuh jenis kacang yang terdapat dalam sajian bubur suro diantaranya kacang mede, kacang hijau, kacang tanah, kacang kedelai, kacang merah, kacang tholo, dan kacang bogor.
Sebelum dicampurkan ke dalam bubur, ketujuh jenis kacang tersebut digoreng atau direbus terlebih dahulu.
Selain tujuh jenis kacang, sajian bubur suro ditaburi dengan serpihan jeruk bali dan bulir buah delima untuk menambah cita rasa asam pada bubur.
Bubur suro disajikan dengan beberapa iris ketimun, dan daun kemangi sebagai pelengkap.
Bubur suro biasa disajikan dengan opor ayam maupun sambal goreng sebagai pendamping sajian.
Dikutip dari nu.or.id, meskipun sajian bubur suro merupakan tradisi masyarakat Jawa, namun bubur suro memiliki cita rasa yang identik dengan masakan Arab.
• Jawaban Mahfud MD saat Ditanya Mendukung Prabowo-Sandi atau Jokowi Maruf Amin?
Bubur suro melambangkan tujuh hari dalam seminggu, maka dari itu sebagai manusia haruslah memiliki semangat, tekad, dan keberanian dalam menjalani hidup setiap harinya.
Nama bubur suro diambil karena bubur disajikan saat malam menjelang tanggal 1 Suro.
Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H jatuh pada 11 September 2018.
1 Muharram 1440 H juga disebut masyarakat Jawa dengan 1 Suro. (TribunWow.com/ Mutmainah Rahmastuti)