Pilpres 2019

Prabowo Subianto-Sandiaga Uno Rangkul 'Partai Emak-emak', Teddy Gusnadi: Ide Aneh

Penulis: Wahyu Ardianti
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Teddy Gusnaidi dan Sandiaga Uno

TRIBUNWOW.COM - Politisi PKPI, Teddy Gusnaidi memberikan kritik atas ide capres-cawapres pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang akan merangkul 'Partai Emak-emak'.

Kritik tersebut Teddy Gusnaidi sampaikan melalui akun Twitter, @TeddyGusnaidi, pada Rabu (22/8/2018).

Dalam cuitan tersebut, Teddy Gusnaidi mengaku tidak paham akan ide yang dilakukan Sandiaga untuk merangkul 'Partai Emak-emak'.

Menurutnya, emak-emak bukanlah sebuah komunitas sehingga tidak bisa dijadikan alat ukur.

Setelah itu, Teddy Gusnaidi menyebut bahwa setiap kandidiat yang terjun ke masyarakat, tentu akan bertemu dengan emak-emak bahkan Joko Widodo (Jokowi) sekali pun.

Jokowi-Maruf Amin Menangkan Poling Pilpres di Akun Twitternya, Fadli Zon: Itu Enggak Organik

Teddy lantas menegaskan jika yang dilakukan Sandiaga Uno itu merupakan cara klasik.

"1. Saya gak paham ketika sandiaga mulai membangun branding didukung emak-emak. Karena emak-emak itu tidak bisa mewakili sebuah komunitas atau sebuah generasi. Emak-emak itu adalah gender dan gender itu bukanlah komunitas atau generasi. Jadi sangat bias untuk dijadikan alat ukur.

2. Saya yakin tim pemenangan koalisi maupun internal Partai pendukung Prabowo sama gak pahamnya seperti saya, bahkan saya yakin mereka menertawakan ide tsb. Tentu tidak dihadapan Sandiaga. Karena yg punya uang sandiaga & dia berhak mau buat program seaneh apapun, seperti di DKI.

3. Seorang calon kepala daerah ketika turun untuk kampanye di sebuah daerah pada pagi, siang atau sore hari, maka mayoritas yang calon itu temui adalah emak2. Baik emak2 muda, dewasa, setengah tua hingga lanjut usia. Aneh jika calon itu berkoar2 menyatakan dia didukung emak-emak.

Sindir Puan Maharani, Andi Arief: Lari dari Tugas Negara saat Datang Bencana

4. Karena siapapun calon yang datang, pasti bertemu dengan emak-emak, Pasti berinteraksi dengan emak-emak. Apalagi jika calon yang datang itu sering mereka lihat di TV, tentu makin heboh. Siapapun calon yang datang dan terkenal, sambutannya sama.

5. Jadi ketika sandiaga turun ke lapangan lalu ketemu emak-emak, itu hal yang sangat biasa. Aneh kalau cuma modal foto dengan emak-emak lalu sandiaga klaim dia didukung emak-emak.

6. Bahkan di tempat yang sama sandiaga datangi, jika didatangi Jokowi, emak-emak yang datang bisa puluhan kali lipat lebih banyak daripada saat kedatangan sandiaga. Tapi Jokowi tidak pernah mengklaim seperti Sandiaga

7. Apalagi di dalam kampanye, bukan barang baru akal-akalan tim kampanye mempersiapkan orang-orang untuk menyambut atau meramaikan kedatangan calon. Analisis saya, jika dilihat dari foto-foto sandiaga dalam membangun image aneh ini, sepertinya pola ini dilakukan sandiaga.

8. Ada emak-emak tapi berseragam, atau ketika calon datang sudah ada panggung dan sound system, atau calon datang sudah ada spanduk dan sejenisnya. Yang model begini jelas bukan respon otomatis masyarakat, tapi dibentuk.

9. Jadi misalnya Sandiaga mau branding seolah-olah dia didukung emak-emak, maka dikumpulkan emak-emak lalu emak-emak itu menyambut sandiaga dan di foto untuk keperluan branding. Cara tersebut bukan hal baru lagi, itu cara klasik.

Halaman
12