Selain itu ada juga pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).
• Dewan Pakar PKPI Teddy Gusnaidi Berharap Mahfud MD Ikuti Jejak Asman Abnur
"Saya kira BI masih akan mempertahankan suku bunga untuk saat ini dan kemungkinan kenaikan suku bunga juga merupakan langkah antisipasi saat the fed akan menaikan suku bunga," ujar Faisyal.
Sebelumnya, analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra memaparkan pasar obligasi Indonesia menurun akibat melemahnya rupiah yang ditimbulkan oleh merosotnya nilai tukar lira Turki terhadap Dolar AS.
Made menjelaskan, melemahnya kurs rupiah menyeret kinerja obligasi dalam negeri, padahal Jumat (10/8/2018) lalu, kondisi makroekonomi Indonesia masih cukup baik sebelum terpapar krisis keuangan Turki.
Melemahnya rupiah membuat investor asing lebih rentan melakukan aksi jual di pasar obligasi domestik karena investor tidak mau mengambil risiko dengan investasi di negara dengan tingkat ekonomi menengah yang dihadapkan pada kondisi seperti ini.
Investor asing jadi cenderung memburu surat utang AS yang dinilai lebih aman dan stabil sehingga permintaan surat utang AS menjadi meningkat dan stabil.
Semua sektor yang ada pada indeks saham juga mengalami penurunan.
Saham Industri dasar, agrikultur, finansial dan aneka industri merosot.
Kepala riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengungkapkan bahwa merosotnya IHSG disebabkan oleh merosotnya mata uang Turki, lira.
"Tampaknya, penguatan IHSG pekan ini sulit berlanjut menyusul krisis mata uang yang terjadi di Turki," ujar Edwin
Sementara itu, dikutip dari website resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, setkab.go.id, Gubernur BI Perry Warjiyo mengegaskan, pihaknya akan terus melanjutkan langkah-langkah yang selama ini dilakukan, baik dari sisi kebijakan suku bunga maupun dari kebijakan-kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.
“Intervensi ganda baik di pasar valas (valuta asing) maupun pemberian SBN dari pasar sekunder kalau diperlukan dalam hal-hal terjadi tekanan reversal, ini yang terus kami lakukan dan itulah komitmen kami untuk terus menjaga stabilitas ekonomi khususnya stabilitas nilai tukar rupiah,” kata Perry.
Hal tersebut ia sampaikan kepada wartawan usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (14/8/2018) sore.
• Terlilit Utang Hasil Penjualan Narkoba, Satu Keluarga di Makasar Tewas Dibakar
Perry menuturkan, BI terus melakukan langkah-langkah koordinatif tidak hanya dengan pemerintah tapi juga dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk memperkuat pasar valas.
Ia menyebutkan, BI sudah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk bisa menyediakan sejumlah instrumen bagi para eksportir, importir, maupun pengusaha untuk bisa melakukan transaksi valas.
Hal tersebut dilakukan melalui penjualan mengekspor swap forward atau penanaman di instrumen Bank Indonesia melalui simpanan valas maupun SBI valas. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)