TRIBUNWOW.COM - Mantan Menteri Keuangan sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli turut menyoroti kondisi perekonomian Indonesia saat ini.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui laman Twitter @RamliRizal yang diunggah pada Kamis (16/8/2018).
Rizal Ramli mengatakan jika Menteri Perdagangan saat ini gemar melakukan impor.
Oleh karena itu ia meminta agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertindak.
@RamliRizal: "Wong Mentri Perdagangan doyan banget impor,, operasi sedot rente Kelebihan impor garam 1,5 juta ton, gula 2 juta ton, beras, bawang putih dll. Petani sebel. Mas Jokowi @jokowi bertindak dong. Tlg ngomong sama Bang Surya untuk ganti Enggar."
• HUT Kemerdekaan RI, yang Bernama Joko, Maruf, Bowo dan Sandi Gratis Makan di Sini
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan apabila saat ini neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 1,63 miliar dollar AS per April 2018.
Suhariyanto selaku kepala BPS menyebutkan jika defisit itu disebabkan oleh impor yang melonjak tajam.
Defisit di sektor migas tercatat pada angka 1,13 miliar dollar, sedangkan non migas berada pada angka 495 juta dollar.
"Situasi perdagangan dunia masih tidak menentu, negara-negara tujuan utama kita seperti China masih menahan diri. Maka dari itu permintaan untuk bahan bakar, besi baja, serta CPO yang digunakan bahan baku mereka agak menurun," kata Kepala BPS Suhariyanto melalui konferensi pers di kantor BPS, Selasa (15/5/2018), dikutip dari Kompas.com.
Suhariyanto melanjutkan, keputusan China untuk menahan permintannya terhadap barang-barang yang diekspor Indonesia membuat ekspor Indonesia terhadap China turun cukup signifikan, yaitu dari 2,4 miliar dollar AS menjadi 1,8 miliar dollar AS.
• Rupiah Semakin Anjlok, Jansen Sitindaon: Kalau Beneran Kerja Tidak Begini Hasilnya
"Lumayan signifikan (turunnya ekpor), 22,81 persen," imbuhnya.
Tak hanya itu, jika dibandingkan jumlah impor pada Maret 2018 dan April 2018 secara month to month terjadi peningkatan cukup signifikan, yaitu 11,80 persen atau 1,63 miliar dollar AS.
Menurut Suhariyanto, hal ini didorong dengan meningkatnya permintaan terhadap impor barang konsumsi menjelang lebaran hingga 25,86 persen atau senilai dengan 310 juta dollar AS.
Sementara untuk bahan baku dan modal, masing-masing meningkat 10,73 persen dan 6,59 persen (mtm). Dirinya melanjutkan, meningkatnya impor bahan baku didorong oleh pelaku industri yang optimis untuk menggerakkan produksi mereka.
"Bahan-bahan baku dan modal itu naik karena antisipasi liburan panjang menjelang lebaran, jenis bahan bakunya yang dibutuhkan digunakan untuk menggerakkam industri dalam negeri," jelasnya.