Pilpres 2019

Kisah di Balik Pencapresan Prabowo-Sandi, 30 Menit Satukan Pendapat hingga Upaya Yakinkan SBY

Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno

TRIBUNWOW.COM - Koalisi pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, "PAS" memiliki cerita panjang untuk membangun kebersamaan empat partai politik.

Koalisi bermula dari saling mengunjungi antara Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kemudian berturut-turut menemui Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Presiden PKS Sohibul Iman.

Dalam awal-awal pertemuan, nama pasangan Prabowo-Agus Harimurti Yudhoyono sempat mencuat.

Netral di Pilpres 2019, Yusril Ihza: Jokowi-Prabowo Tidak Pernah Mengajak PBB untuk Mendukung Mereka

Namun, seluruh partai mengatakan bahwa masih ada komunikasi politik yang harus dijalankan secara baik dan intensif.

Di tengah perjalanan, Ijtima Ulama yang digawangi Gerakan Nasional Penyelamat Fatwa (GNPF) menyampaikan hasil dua nama, yakni Salim Segaf Al-Jufri dan Ustaz Abdul Somad.

Ketiga partai, dalam beberapa pernyataan tetap mempertahankan nama calonnya masing-masing. Kendati, pilihan berada di tangan Prabowo sebagai capres.

Belum sampai di situ, tim kecil pun dibentuk untuk membuat visi dan misi pasangan calon.

Pertemuan empat sekjen koalisi dilakukan beberapa kali guna konsolidasi dan penjabaran visi dan misi.

Jelang akhir masa pendaftaran, gesekan terjadi antara Partai Demokrat dengan tiga partai koalisi lainnya.

Wasekjen Demokrat, Andi Arief menyatakan bahwa ada mahar politik yang diberikan oleh Sandiaga Uno kepada PKS dan PAN, besarnya mencapai Rp 500 miliar.

Bakal pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat menyerahkan syarat pencalonan menjadi presiden dan wakil presiden di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Jumat (10/8/2018). Pasangan Prabowo-Sandiaga Uno secara resmi mendaftar sebagai calon presiden dan wakil presiden tahun 2019-2024. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Sebutan Prabowo sebagai "Jenderal Kardus" pun tak terhindarkan.

"Jenderal Kardus punya kualitas buruk. Kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. Belum ada dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang Sandi Uno untuk meng-entertain PAN dan PKS," cuitnya.

Kedua partai yang disebut langsung merespon dan mengatakan bahwa hal tersebut fitnah dan tanpa dasar.

PAN dan PKS meminta kepada Andi Arief untuk meminta maaf secara terbuka.

Setengah Jam Menyatukan Pendapat

Ketua DPP PAN, Yandri Susanto mengatakan kata sepakat hanya setengah jam sebelum deklarasi pasangan Prabowo-Sandiaga Uno.

Pimpinan ketiga partai yang berada di kediaman Prabowo di Kertanegara, Jakarta, Kamis (9/8/2018) malam masih terus memegang teguh nama yang sudah direkomendasikan dari partai politik.

"Semalam itu, semua masih alot. PKS maunya Ustaz Salim Segaf, PAN maunya Ustaz Abdul Somad," katanya.

Prabowo lanjut dia, meminta kepada para petinggi partai untuk kembali melakukan konsolodasi internal dengan partai masing-masing.

Kata Yandri, bagaimanapun nama wakil presiden hanya satu. Tidak bisa tiga atau empat.

Tepat pukul 23.00 WIB, nama yang sudah disebut oleh Gerindra, yaitu, Sandiaga Uno disepakati.

Calon presiden Prabowo Subianto bersama mantan istrinya Titik Soeharto (kiri) saat Pemilihan Presiden 2014. (Warta Kota/henry lopulalan)

Pasalnya, Sandi menyatakan diri siap untuk menjadi cawapres, mundur dari jabatan wakil gubernur DKI Jakarta dan juga mundur dari Partai Gerindra.

"Kami tidak meminta dia mundur dari wagub. Tapi, dia inisiatif untuk mundur agar memberikan pendidikan politik yang baik," jelasnya.

Dengan mundurnya Sandi dari Partai Gerindra, juga dapat dimaknai sebagai representasi dua partai politik yang telah bergabung.

Sehingga, tidak ada alasan untuk tidak menerimanya menjadi cawapres.

"Kita belum bicara hingga power sharing. Tidak ada waktu karena baru setengah jam sebelum deklarasi," ungkap Yandri.

Ketua Dewan Syuro PKS, Salim Segaf Al-Jufri menyampaikan ulama juga pasti menyetujui hasil keputusan partai politik.

Meski saat di akhir penentuan, pengurus GNPF meminta agar Prabowo memilih cawapres dari kalangan ulama seperti halnya yang dilakukan oleh Jokowi.

"Firasat saya akan ada perbaikan Ijtima Ulama. Saya merasa tidak akan masalah untuk para ulama," ucapnya.

Meyakinkan SBY

Partai Demokrat sempat tidak ikut dalam kesepakatan mengusung pasangan calon Prabowo-Sandiaga "PAS".

Mereka memilih untuk bungkam dan akan melakukan sidang Majelis Tinggi Partai Demokrat sebelum pendaftaran dimulai.

Partai berlambang Mercy itu terancam tidak mengusung salah satu kubu baik kubu Jokowi maupun Prabowo.

Wasekjen Gerindra Andre Rosiade mengungkapkan bahwa Prabowo Subianto sendiri yang meyakinkan Ketua Umum Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.

Datang ke rumah SBY, Prabowo mengajak agar Demokrat tetap bergabung.

"Keseriusan Pak Prabowo itu dapat dilihat dari datangnya semua partai koalisi, karena kami yang memang paling serius untuk mengajak mereka," katanya.

Mengenai cuitan yang dilontarkan oleh Wasekjen Demokrat Andi Arief, Andre menilai bahwa hal itu merupakan pernyataan pribadi yang tidak mewakili partai politik.

Mahfud MD: Keputusan Jokowi adalah Realitas Politik, Saya Maklumi, Tak Perlu Merasa Bersalah

Lagipula, hal itu sudah diluruskan oleh Prabowo saat berkunjung di kediaman SBY.

"Sudah itu. Sekarang, yang terpenting kami sudah bersama," katanya.

Dia juga menyampaikan bahwa Ketua Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono akan menjadi ikon bagi pasangan tersebut hingga masa kampanye usai.

"Mas Agus jadi ikon koalisi dan pasangan calon. Lihat saja tadi, sudah foto bersama seperti itu," ujar dia. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Cerita di Balik Koalisi Prabowo-Sandiaga, Setengah Jam Menyatukan Pendapat hingga Meyakinkan SBY"